Pengumuman

Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Senin, 09 Februari 2009

Candi Arjuna dan Museum Kailasa Diresmikan Menbudpar

Views


DIENG, KOMPAS - Situs kompleks percandian Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (28/7), ramai dikunjungi wisatawan Nusantara dan mancanegara, menyusul selesai dipugarnya Candi Arjuna. Mereka dihibur berbagai atraksi kesenian tradisional lokal.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik seusai meresmikan Museum Kailasa dan Candi Arjuna, setelah dipugar sejak 2006, menyatakan kekagumannya akan keindahan alam kawasan dataran tinggi Dieng yang berhawa sejuk.

”Orang Jepang dan Korea senang tempat seperti ini untuk menikmati bulan madunya. Saya saja berpikir kapan bisa bulan madu kedua di Dieng,” katanya.

Dataran tinggi Dieng berada di ketinggian 2.000 dpl-2.500 dpl karena tinggalan purbakala dan pemandangan alamnya. Sampai saat ini terdapat 22 prasasti berbahasa Jawa Kuno, berisi gambaran Dieng sebagai pusat kegiatan religius. Dieng semula merupakan gunung berapi yang meletus dengan dahsyat, menyebabkan puncaknya hancur.

Dataran terbentuk dari kawah mati yang menjadi danau dan dikeringkan untuk kegiatan agama Hindu. Abad ke VIII-XII Masehi dibangun candi-candi. Situs kompleks percandian Dieng seluas 900.000 meter persegi tersebut terdiri dari kompleks Candi Arjuna, Dwarawati, Gatot Kaca, dan Candi Bima. Kompleks Candi Arjuna terdiri dari Candi Arjuna, Semar, Srikandi, Puntadewa, dan Candi Sembadra.

Jero Wacik menjelaskan, kawasan percandian Dieng dikembangkan atas perintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

”Sekarang dilengkapi dengan Museum Kailasa, yang berisi informasi tentang kepurbakalaan di dataran tinggi Dieng. Di museum ada temuan-temuan lepas yang sangat bernilai. Arca khas Dieng seperti arca Siwa Trisirah dan Siwanandisawahanamurti. Benda-benda purba itu mengandung filosofi dan pemahaman nilai luhur,” paparnya. Masyarakat sekitar Dieng diharapkan terlibat secara aktif dalam pelestarian dan pemanfaatan warisan budaya.

Bupati Banjarnegara Djasri mengatakan, pihaknya akan melakukan penghijauan dengan menanam 10.000 pohon cemara dan pohon puspa.


Awal perusakan

Pada saat ini, lahan situs purbakala percandian Hindu tertua di Pulau Jawa ini—diperkirakan dibangun akhir abad ke-7—terpaksa disewakan untuk lahan pertanian kentang dan sayur-mayur lainnya. Ini menjadi awal perusakan lingkungan situs.

Perbukitan di sekitar dataran tinggi Dieng, dari pengamatan Kompas, sudah gundul dan menjadi lahan pertanian rawan longsor. Penghijauan tidak tampak.

”Fasilitas dan infrastruktur akan dibenahi. Dieng diharapkan jadi pusat semedi dunia. Dengan konsep ini diharapkan bisa menarik wisatawan mancanegara ke Dieng,” ujarnya. (NAL)

(Sumber: Kompas, Selasa, 29 Juli 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA ANDA :
EMAIL ANDA :
PERIHAL :
PESAN :
MASUKKAN KODE BERIKUT :