Pengumuman

Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Senin, 16 Februari 2009

Melongok Museum Purna Bhakti Pertiwi yang Diresmikan Soeharto

Views


Museum Purna Bhakti Pertiwi di kawasan Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, masih ramai dikunjungi masyarakat.

"Ada yang datang pagi hari, ada yang datang siang-siang," kata Dedi, karyawan museum, soal museum yang berdiri di atas lahan seluas 19,73 hektar itu, Jumat (11/1).

Museum yang dibangun oleh Yayasan Purna Bhakti Pertiwi selama tahun 1987-1992 tersebut diresmikan Presiden Soeharto pada 23 Agustus 1993, bertepatan dengan hari ulang tahun (almarhumah) Ny Tien Soeharto. Disebutkan, museum itu didirikan atas prakarsa Ny Tien.

Bangunan museum terdiri dari bangunan utama, bangunan penunjang, tata ruang luar, dan graha lukisan. Bangunan utama seluas 25.000 meter persegi terdiri dari ruang perjuangan, ruang utama, ruang khusus, ruang asthabrata, dan perpustakaan.

Bangunan penunjang berupa kantin, kantor pengelola, mushala, gedung serbaguna, dan area bermain anak.

Di dalam bangunan utama, tersimpan koleksi cendera mata dari para kepala negara dan pemerintahan, sahabat, dan rekan-rekan Soeharto.

Koleksi museum tertata apik, yang dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Dalam kelompok hiasan dari perak di lantai satu, terdapat jam perak pemberian Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad saat kunjungan Soeharto ke Malaysia, Oktober 1996. Ada pula Kapal Sembilan Naga dari batu giok yang panjangnya 4,1 meter, lebar 0,95 m, tinggi 2,5 m, dan berat 3,9 ton.

Namun, tak semua pengunjung tertarik dengan koleksi yang berhiaskan lukisan atau foto wajah Soeharto. Nia (13), warga Bekasi yang baru pertama kali berkunjung ke Museum Purna Bhakti Pertiwi, lebih tertarik pada koleksi keramik. "Koleksinya bagus-bagus," kata warga Cileungsi, Bogor, itu.

Nia mengaku, kedatangannya ke museum bersama kerabatnya tak ada hubungannya dengan kondisi Soeharto yang sedang sakit. "Mumpung libur aja," ujarnya.

Saat meresmikan museum, Soeharto mengatakan, "Adalah jelas bahwa secara lahiriah benda-benda ini diberikan kepada saya. Namun, saya juga merasakan bahwa sesungguhnya cendera mata itu diberikan sebagai tanda persahabatan dengan seluruh rakyat Indonesia. Melalui penempatan cendera mata tadi dalam museum ini saya berniat menunjukkan bahwa amanah mereka telah sampai kepada rakyat Indonesia. (idr)

(Sumber: Kompas, Sabtu, 12 Januari 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA ANDA :
EMAIL ANDA :
PERIHAL :
PESAN :
MASUKKAN KODE BERIKUT :