Views
Jakarta, Kompas - Hilangnya 100 lebih patung megalit asal Kecamatan Lore Selatan dan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, mencerminkan lemahnya pengawasan instansi terkait terhadap benda cagar budaya. Penilaian itu dikemukakan Sulaiman Mamar, guru besar antropologi dari Universitas Tadulako Sulawesi Tengah, Selasa (11/12) di Palu.
Tiga instansi yang bertanggung jawab pengawasan benda-benda purbakala itu batu-batu besar (megalit) di Poso itu adalah Balai Taman Nasional Lore Lindu, Dinas Pariwisata serta Budaya Sulawesi Tengah, dan Pemerintah Kabupaten Poso yang diwakili Dinas Pariwisata dan Budaya Poso.
Sebelumnya, Ketua DPRD Poso Sawerigading Pelima dan Ketua Komisi B DPRD Poso M Asmir Podungge menyampaikan, lebih dari 100 megalit asal Poso telah dicuri. Berdasarkan investigasi DPRD Poso, patung-patung batu besar itu telah diperjualbelikan di galeri barang antik di Bali dan peminatnya umumnya orang asing dengan harga tinggi.
Lemahnya pengawasan terhadap situs-situs purba di Indonesia, kata Sulaiman, sudah diketahui sindikat internasional perdagangan ilegal barang antik sejak lama. Kelemahan itu lalu dimanfaatkan dengan membangun jaringan ke orang-orang yang dapat mencuri dan membawa situs itu ke tempat tertentu yang dianggap aman.
"Ini juga bukti bahwa penghargaan bangsa Indonesia terhadap benda bersejarah sangat minim. Artinya, pengetahuan pemerintah dan masyarakat pada situs-situs masih dangkal. Sekadar sebagai benda antik," kata Sulaiman.
Adapun di Jambi, peninggalan kepurbakalaan yang disimpan di Museum Negeri Jambi kurang terawat. Sebagian dari koleksi tersebut rusak. Dua arca emas Avalokiteswara yang ditemukan tahun 1991 di situs Rantaukapastuo, Kabupaten Batanghari, sudah tidak berkilau lagi. Arca yang tangan dan kakinya tidak utuh itu kusam. Begitu pula koleksi fosil kayu tua, koleksi keramik, dan naskah kuno.
Kepala Museum Negeri Jambi Ujang Hariadi mengemukakan, anggaran untuk perawatan sangat terbatas.
Diminati orang asing
Dari Denpasar, Bali, diperoleh informasi, para pemilik galeri dan toko barang antik mengakui, megalit memang sangat diminati para kolektor asal Eropa, Amerika Serikat, Australia, dan Jepang.
Tempat penjualan benda antik sejenis megalit berada di sepanjang Jalan By Pass Sanur dan Suwung. Ada tujuh tempat pen- jualan di kawasan itu, di antaranya Galeri Cendana, Galeri Cahaya, Island Arts, dan Art Shop Sumber Megalit. Sejumlah galeri serupa juga ada di Jalan Sunset Road, Kuta, dan di Kerobokan, Badung.
Benda peninggalan masa prasejarah itu, oleh sejumlah pengelola galeri, dipahami sebagai batu panjang yang di tempat asalnya dipancang dalam posisi berdiri dan dipandang sebagai benda keramat. Bentuknya bervariasi, lempeng dan meruncing, atau bulat panjang dengan ukuran panjang hingga tujuh meter.
Daniel, Ratih, dan Victor Polus dari Galeri Cahaya serta Abdullah Nasra Alhadad, pemilik Art Shop Baru Sumber Megalit, meyakinkan, tidak satu pun barang dagangan mereka berasal dari Poso atau daerah lain di Sulawesi. Benda antik itu dikatakan berasal dari Sumba, Flores dan Timor (NTT), Sumbawa (NTB), Jawa, dan Madura. (ANS/REI/ITA)
(Sumber: Kompas, Rabu, 12 Desember 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar