Pengumuman

Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Minggu, 08 Februari 2009

Situs Sejarah: Trowulan Laboratorium Terlengkap

Views

MOJOKERTO, KOMPAS - Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, akhir-akhir ini menjadi subyek penelitian para arkeolog dan mahasiswa dari Universitas Indonesia, Unversitas Hasanuddin, Universitas Udayana, dan Universitas Gadjah Mada. Mereka membentuk tim terpadu beranggotakan 100 orang.

Arkeolog dan peneliti dari Universitas Indonesia, Heriyanti Hari Untoro Dradjat, mengatakan, dalam penelitian satu bulan, diperkirakan Trowulan merupakan pusat Kerajaan Majapahit. Situs Kedaton diasumsikan sebagai Keraton Kerajaan Majapahit karena ditemukan banyak artefak.

”Dari penggalian 10 hari lalu diperoleh gambaran di seputar Kedaton ditemukan banyak artefak. Hasil penelitian akan dipublikasikan Desember mendatang, karena saat ini masih dalam pengolahan,” kata Heriyanti.

Menurut dia, Trowulan merupakan bukti otentik kerajaan Hindu-Buddha dalam bentuk suatu kota. Dengan demikian, Trowulan merupakan laboratorium arkeologi paling lengkap.

Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Provinsi Jawa Timur I Made Kusumajaya mengatakan, luas Kota Majapahit semula diperkirakan 4 km x 5 km namun suatu penelitian oleh Nurhadi Rangkuti, luas Kota Majapahit 9 km x 11 km persegi.

”Di luar batas sakral itu masih banyak ditemukan sisa-sisa aktivitas manusia masa lalu. Setiap jengkal banyak ditemukan peninggalan, seperti tembikar, keramik, dan uang yang berlaku di era Majapahit,” tuturnya.

Terakhir, lanjutnya, ditemukan sebuah kaki candi. Ini sangat istimewa karena berukir dan terbuat dari bata dengan teknik pembakaran luar biasa. ”Bata-bata yang dipakai untuk membangun candi-candi di Kerajaan Majapahit hingga kini masih kuat, padahal dulu belum ada semen,” ujarnya.

Dengan banyaknya penemuan artefak dari China, Jepang, dan Thailand itu bukti bahwa Kerajaan Majapahit mempunyai hubungan dagang baik dengan ketiga negara tersebut.


Perlu dilihat langsung


Direktur Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Hari Untoro Dradjat, yang ditemui terpisah, mengatakan, benda cagar budaya tidak cukup dipelajari di sekolah- sekolah, perlu melihat langsung ke lapangan agar bisa menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan kepada generasi muda.

”Di balik benda cagar budaya itu, banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik. Kita bisa melihat lebih jauh di sekitarnya. Misalnya, situs-situs Kerajaan Majapahit. Di balik benda-benda cagar budaya ini kita bisa melihat sejarah tentang kota, perdagangan, dan sebagainya,” katanya, Minggu (2/11) di Cagar Budaya Wringin Lawang, Trowulan. Benda Cagar Budaya Wringin Lawang, misalnya, ini merupakan gerbang kota Majapahit.

Hari menjelaskan, di Trowulan karena sangat banyak benda-benda dan bangunan candi peninggalan Kerajaan Majapahit, maka Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Senin (3/11), akan meletakkan batu pertama pembangunan Taman dan Pusat Informasi Majapahit. (NAL)

(Sumber: Kompas, Senin, 3 November 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA ANDA :
EMAIL ANDA :
PERIHAL :
PESAN :
MASUKKAN KODE BERIKUT :