Views
Oleh: ANDREAS MARYOTO
Ekspedisi Ferdinand Magellan (1480-1521) dari Spanyol yang mengelilingi dunia pada abad ke-16 berantakan dan pasukannya mengalami demoralisasi. Kekurangan pangan mengakibatkan pasukannya memberontak dan ada yang tidak mau melanjutkan perjalanan.
Sementara itu, ekspedisi Zhou Man yang merupakan salah satu bagian dari ekspedisi besar Cheng Ho mengelilingi dunia satu abad sebelumnya, tepatnya 1421, dengan kondisi relatif aman dan sehat. Kuncinya ada pada teknologi pangan yang digunakan oleh ekspedisi China itu.
Tidak mudah membandingkan antara ekspedisi Magellan dan ekspedisi Zhou Man itu secara akurat. Keterbatasan sumber-sumber tertulis yang ada menjadi penyebabnya. Magellan didampingi pencatat bernama Antonio Pigafetta yang hingga sekarang catatannya masih bisa didapat.
Catatan tentang ekspedisi Zhou Man relatif terbatas. Gelombang politik yang diwarnai pergantian kekuasaan di China tidak sedikit menyebabkan sejumlah catatan yang ada musnah.
Akan tetapi, ada upaya pelacakan dan penelitian yang sangat berarti untuk mengetahui ekspedisi China itu mengelilingi dunia. Dari situ kita bisa membandingkan betapa teknologi pangan yang digunakan armada dari China itu memang lebih unggul dibandingkan dengan bangsa Eropa saat itu.
Kejayaan sejumlah kisah ekspedisi bangsa Eropa nyaris rontok ketika penulis dan mantan anggota Angkatan Laut Inggris yang lahir di China, Gavin Menzies, mengeluarkan hasil penelitiannya pada tahun 2002 mengenai siapa yang lebih dulu mengelilingi bumi, bangsa China atau bangsa Eropa, di dalam buku 1421 The Year China Discoverd The World. Penelitian ini memang masih menjadi perdebatan.
Tahun lalu dunia merayakan 600 tahun pelayaran Laksamana Cheng Ho. Tahun 1405 merupakan tahun pertama Cheng Ho melakukan pelayaran ke sejumlah negara di Asia. Pelayaran pada tahun 1417-1419 yang diikuti oleh ratusan kapal merupakan pelayaran terbesar.
Pada tahun itu Cheng Ho berlayar dari China menuju Kalkuta, India. Ia sendiri kemudian kembali ke China pada tahun 1421. Dari Kalkuta, empat armada lainnya mengelilingi dunia. Salah satu armada itu adalah armada Zhou Man yang setelah dari Kalkuta menuju Samudra Atlantik. Kapal ini menuju ke Amerika Selatan, terus menyusuri Pasifik Selatan hingga sampai Selandia Baru dan Australia.
Beberapa kapal Zhou Man kembali ke China ke arah utara, tetapi ada pula yang kembali memasuki Pasifik Tengah hingga menuju ke California dan Amerika Selatan. Setelah itu mereka baru kembali ke China.
Berbekal beras dan kedelai
Dari catatan yang ada, kita mengetahui makanan pokok yang dibawa ekspedisi China itu terdiri antara lain kedelai, terigu, dan beras. Bahan makanan ini dibawa oleh kapal yang terpisah. Cara ini memungkinkan kapal berada di laut untuk beberapa bulan tanpa perlu mendapat pasokan baru dari darat, tetapi jika kapal ini tenggelam, semua kapal akan terkena masalah.
Awak kapal memanfaatkan biji kedelai untuk memproduksi kecambah. Proses perkecambahan sangat mudah, biji kedelai cukup direndam air. Kecambah ini memiliki kandungan asam askorbat, ribovlafin, dan asam nikotinat yang merupakan vitamin.
Kepala Laboratorium Kimia Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang, Fili Pratama ketika dikonfirmasi menjelaskan, proses perkecambahan itu memang membuat gizi produk yang dikecambahkan semakin baik.
Awak kapal
Pasokan gizi itu akan menghindarkan awak kapal dari sariawan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Kedelai juga digunakan untuk produksi susu, tahu, dan kecap. Tahu dan sayur-sayuran diberi cita rasa oleh terasi, kecap, dan rempah-rempah kering.
Buah-buahan seperti berbagai jenis jeruk dan kelapa juga dimuat ke kapal. Buah ini juga akan melindungi awak kapal dari berbagai penyakit. Gula digunakan untuk mengawetkan buah-buahan dengan pembuatan manisan. Sayur-sayuran diawetkan dengan dibuat asinan.
Salah satu jenis beras yang dibawa ekspedisi ini adalah beras berwarna coklat, yang berasal dari pengolahan yang tidak sampai dihaluskan hingga putih. Dengan cara ini, beras mengandung vitamin B1.
Fili Pratama membenarkan, beras coklat itu merupakan beras yang belum disosoh sehingga berwarna coklat. Beras ini memang mengandung vitamin B1 dan mampu membuat awak kapal terlindung dari serangan beri-beri, penyakit yang bisa merusak jaringan saraf.
Jumlah daging yang dibawa sangat minim. Kalau ada ayam, lebih banyak digunakan untuk upacara-upacara penyembahan dan jarang dimakan di kapal. Akan tetapi, ikan segar, ikan asin, ikan kering, dan ikan terfermentasi banyak ditemukan. Awak kapal minum teh dan juga brem yang menyehatkan badan mereka.
Tidak lupa, untuk kepentingan menjaga gairah seks karena ada yang membawa selir, mereka juga membawa produk yang bisa berfungsi sebagai aphrodisiak. Aphrodisiak yang paling populer adalah sepasang kadal merah yang dicelupkan ke minuman anggur.
Awak kapal laki-laki membawa alat menyerupai kondom yang bernama yin jia dan juga agar-agar untuk pelumas dan disinfektan saat senggama. Dengan cara ini, armada itu jarang terkena penyakit kelamin.
Air
Mengarungi samudra yang luas dan lama, kapal-kapal itu sangat membutuhkan air dalam jumlah besar, baik untuk keperluan awal kapal maupun hewan yang dibawa seperti kuda untuk angkutan.
Mereka harus menambah pasokan air dari darat jika ada kesempatan. Akan tetapi, mereka bisa mendestilasi air laut dengan menggunakan bahan bakar berupa parafin atau lapisan lemak. Kapasitas desalinasi yang sangat besar menjadikan mereka bisa berlayar sangat jauh.
Meski demikian, salah satu kritik terhadap dugaan ini adalah seberapa besar kapasitas desalinasi. Kuda yang dibawa membutuhkan air dalam jumlah besar. Kuda yang terpapar oleh kondisi yang sangat lembab membutuhkan air lima galon per hari. Untuk itu, dalam enam minggu, kuda membutuhkan 420 galon air atau sekitar satu ton air.
Ransum makanan yang dibawa ekspedisi Cheng Ho dan rekan-rekannya itu sangat bervariasi dan bergizi dibandingkan dengan makanan yang dibawa ekspedisi Magellan satu abad kemudian. Kondisi awak kapal yang termasuk dalam ekspedisi Cheng Ho relatif tidak mengalami gangguan kesehatan yang berarti.
Awak kapal Magellan mengalami banyak gangguan kesehatan hingga mereka mengalami demoralisasi. Beberapa di antaranya tidak mau melanjutkan pelayaran. Dari lima kapal yang memulai pelayaran dari Pelabuhan Sevilla, Spanyol, hanya satu kapal yang kembali ke negeri itu setelah mengelilingi dunia.
"Kami hanya makan biskuit lama yang dipenuhi dengan kutu. Biskuit itu juga berbau sangat menyengat karena dikencingi tikus," tulis Antonio Pigafetta dalam catatannya yang kemudian dibukukan dengan judul Magellan’s Voyage.
Hal seperti ini tidak terjadi di dalam ekspedisi Cheng Ho dan rekan-rekannya. Di dalam kapal, mereka menggunakan anjing untuk memburu tikus. Mereka menggunakan arsenik untuk membunuh kutu dan serangga.
Ekspedisi Cheng Ho memberi banyak pengetahuan baru kepada kita. Pertama, soal bangsa pertama yang mengelilingi dunia. Kedua, teknologi pangan bangsa-bangsa di Asia Timur yang ternyata tidak kalah ketimbang bangsa Eropa. Saatnya kearifan Timur dimunculkan lagi.
(Sumber: Kompas, Senin, 20 November 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar