Views
Bandung, Kompas - Tim Vertebrata dari Museum Geologi Bandung melanjutkan penggalian fosil gajah purba di Dusun Sunggun, Desa Medalem, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, pada hari Selasa (28/4). Akan tetapi, penggalian ini terkendala terbatasnya anggaran. Museum Geologi terpaksa menunda eksplorasi di Sulawesi dan Nusa Tenggara untuk riset ini.
Penggalian lanjutan ini bertujuan menemukan sisa potongan fosil dari gajah purba yang ditemukan pada akhir Februari lalu. Sekitar 60 persen bagian fosil gajah purba dari jenis Elephas hysudrindicus tersebut masih terkubur, termasuk gadingnya. Sebanyak 40 persen potongan kini disimpan di Museum Geologi Bandung untuk dipreparasi.
Menurut Prof Fachroel Aziz, tim ahli Vertebrata Museum Geologi, Jumat (17/4), keterbatasan anggaran sangat memengaruhi kelancaran proses penggalian, pengiriman, hingga preservasi fosil yang diperkirakan berusia 200.000 tahun ini.
”Penggalian ini dijadwalkan berlangsung 25 hari. Namun, kami tidak tahu pasti kelanjutannya karena anggaran sangat terbatas,” ucapnya.
Idealnya, penggalian berlangsung lebih dari 30 hari. Persoalannya tidak ada anggaran khusus di dalam proyek penggalian fosil gajah purba ini. ”Awalnya itu ditemukan tidak terduga saat dilakukan tesis kerja lapangannya Iwan (Kurniawan—ketua tim). Dana dari Universitas Wollongong, Australia, juga sebatas tesis ini,” ujar Aziz.
Menurut pakar paleontologi Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral ini, anggaran khusus penggalian fosil ini kemungkinan baru bisa digunakan pada tahun 2010 dengan pengajuan khusus. Sementara itu, ia khawatir, sebelum waktu itu terwujud, fosil telanjur rusak karena cuaca. Atau yang lebih parah ada kemungkinan dijarah penduduk.
”Terpaksa kami gunakan dana untuk eksplorasi Sulawesi dan Atambua, NTT, yang rencananya dilakukan April. Akan tetapi, ini bisa ditunda karena penggalian di Blora dianggap lebih penting,” ucapnya. Sedianya eksplorasi di Sulawesi bertujuan mencari jejak manusia prasejarah untuk menguatkan teori migrasi Homo floresiensis dari gerbang utara Indonesia, yaitu Filipina.
Ia menambahkan, penemuan fosil Elephas hysudrindicus yang diyakini adalah nenek moyang gajah Elephas maximus saat ini tergolong prestasi luar biasa. Sebab, fosil ini adalah yang terlengkap dan relatif utuh yang pernah ditemukan.
”Di Leiden, Belanda, yang tersimpan hanya berupa kepala saja, tidak utuh,” ucap pemerhati evolusi vertebrata ini.
Preparasi
Pada saat bersamaan, Tim Vertebrata Museum Geologi tengah intensif melakukan preparasi terhadap potongan fosil yang sudah terkirim. Sedikitnya delapan bagian fosil yang sedang dipreparasi, antara lain bagian tulang belakang, tulang kering (tibia), tulang rusuk, tulang belikat, kaki kecil (vibula), lengan (radius), pangkal lengan, dan tengkorak. Preparasi ini untuk memperbaiki dan menyatukan serpihan fosil yang rusak atau terpisah.
Menurut Iwan, kondisi fosil yang kurang baik akibat tidak sempurnanya proses fosilisasi selama terkubur di tanah berpasir sedikit menyulitkan tim untuk mempercepat proses preparasi.
”Kami harus hati-hati sekali. Kalau tidak bisa rusak,” ucap Erick Setiyabudi, anggota tim lainnya. Bahkan, saat fosil ini diangkut mesti dilapisi dulu dengan dua lapis gips (batu dental) agar tidak pecah. (JON)
(Kompas, Sabtu, 18 April 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar