Views
YOGYAKARTA, KOMPAS - Kawasan kota tua bekas ibu kota Kerajaan Mataram Islam, Kotagede, DI Yogyakarta, mengalami kerusakan sistematis. Puluhan rumah tradisional di kawasan tersebut hilang akibat terbengkalai atau dijual oleh pemiliknya.
Peneliti dan penggiat pelestarian kawasan Kotagede, Laretna T Adhisakti, mengatakan, sebagian bangunan tradisional tersebut dirobohkan atau dibangun menjadi tempat usaha. Sebagian lagi diketahui diambil dan didirikan di luar DI Yogyakarta. ”Bahkan, ada rumah Kotagede yang didirikan ulang di kawasan Puncak, Jawa Barat,” ujarnya di Yogyakarta, Sabtu (11/7).
Menurut Laretna yang juga salah satu pendiri Jogja Heritage Society itu, sebagian besar penjualan rumah tradisional di Kotagede disebabkan karena pemilik bangunan tidak mampu merawatnya. Hal ini mengingat biaya perawatan rumah tradisional sangat besar, sedangkan sebagian besar penduduk asli pemilik bangunan bukanlah orang yang kemampuan finansialnya memadai.
Selain itu, sejumlah bangunan yang diwariskan biasanya dijual untuk mempermudah pembagian. ”Karena sudah turun-temurun diwariskan, ahli warisnya biasanya sangat banyak sehingga pembagian memang hanya bisa dilakukan dengan dijual.”
Laretna menuturkan, sejauh ini, jumlah maupun kondisi bangunan-bangunan tradisional yang hilang dari Kotagede itu belum terpantau. Apabila tidak ada pencegahan, penjualan dan hilangnya bangunan ini dikhawatirkan akan terus berlangsung dan mengancam kekayaan budaya kota Yogyakarta.
Menurut Laretna, salah satu upaya yang bisa dilakukan pemerintah adalah membuat peraturan agar bangunan tersebut tidak bisa dibawa ke luar kawasan Kotagede, selain dibentuk lembaga pembeli dan pelestari rumah tradisional.
Ketua Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta Charis Zubair mengatakan, kerusakan di Kotagede telah mencapai tahap yang memprihatinkan dan terlambat diketahui. (IRE)
(Kompas, Senin, 13 Juli 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar