Pengumuman

Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Jumat, 12 Maret 2010

Museum KA Berbenah

Views

Pengelola Wisata Tolak Portal Waduk Tempuran

SEMARANG, KOMPAS - Menyambut Tahun Kunjungan Museum 2010, pengelola Museum Kereta Api Ambarawa di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, mulai berbenah. Pembenahan meliputi pengembangan rute baru lokomotif uap wisata hingga penambahan dan penataan koleksi lokomotif.

”Kami menargetkan jumlah pengunjung naik 10-15 persen tahun 2010. Saat ini rata-rata jumlah pengunjung 1.000-1.500 orang per hari saat liburan. Hari biasa sekitar 50 orang,” kata Kepala Stasiun Ambarawa Eko S Mulyanto, Sabtu (2/1).

Mulai awal 2010, PT Kereta Api, selaku pengelola museum, akan menambah dua koleksi lokomotif, yakni lokomotif diesel BB 200 dan D 300, yang saat ini masih berada di Kota Semarang. Selain itu, 21 lokomotif yang sudah berada di museum akan ditata lebih teratur.

Koleksi lokomotif yang kini dipamerkan di lapangan terbuka akan diberi atap untuk mencegah kerusakan akibat paparan hujan dan panas. Mulai Maret, bantalan rel Stasiun Ambarawa-Tuntang akan diperbaiki agar lokomotif uap bisa melintas. Muncul pula wacana untuk memperpanjang jarak tempuh KA wisata menjadi Ambarawa-Gemawang sejauh 13 kilometer. Saat ini rute yang ditempuh adalah Ambarawa-Bedono sejauh sekitar 10 kilometer.

”Supaya lebih menarik, dua lokomotif koleksi baru akan dipajang di bagian depan museum. Dikemas agar bisa tetap dioperasikan, seperti simulasi kerja lokomotif,” kata Eko.

Pembenahan itu tampaknya belum bisa diikuti museum yang dikelola pemerintah daerah, seperti Museum Isdiman yang menyatu dengan Monumen Palagan Ambarawa. Menurut Wibowo (20), pengunjung asal Boyolali, jumlah koleksi senjata dan pakaian pejuang saat pertempuran di Ambarawa masih terlampau sedikit. Penataan koleksi juga terkesan sekadarnya.

”Kami kesulitan dana untuk menyelenggarakan program agar museum memiliki daya tarik lebih. Selain itu, luas bangunan juga kurang ideal untuk museum,” kata Kepala Seksi Kesejarahan dan Museum Kepurbakalaan, Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Semarang Etty Dwi Lestari.

Menurut Etty, pemerintah daerah berupaya menjadikan Benteng Willem Ungaran sebagai museum yang lebih representatif, tetapi persoalan kepemilikan dengan Polres Semarang belum rampung.


Tolak portal


Sementara itu, pengelola obyek wisata dan sejumlah warga Desa Tempuran, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, menolak pembangunan portal di jalan inspeksi Waduk Tempuran. Mereka menilai portal di jalan di atas bendung itu menghambat akses transportasi.

Pengelola obyek wisata Kampung Bluron dan Café Tempuran, Pratikto Nugroho, mengaku tidak setuju pembangunan portal karena mengakibatkan pengunjung Kampung Bluron dan Café Tempuran kesulitan akses.

”Untuk menuju Café Tempuran dari Kampung Bluron, pengunjung harus memutar melalui jalan desa. Saya berharap portal hanya untuk kendaraan muatan berat, tapi mobil tetap boleh lewat,” kata Pratikto.

Sekretaris Desa Tempuran Joko Triyono, di Blora, Sabtu (2/1), mengatakan, penolakan dilakukan segelintir warga yang kerap mengangkut hasil panen melalui jalan itu. Kalau harus lewat jalan desa, mereka bakal menambah ongkos angkutan.

Menurut dia, sebagian besar warga menyetujui pembangunan portal, mengingat kerusakan dinding bendung waduk yang berada di bawah jalan inspeksi cukup parah. Bagian atas dinding ambles lantaran kerap dilewati kendaraan roda empat. ”Perbedaan pendapat itu bakal kami rembuk bersama dengan melibatkan sejumlah pihak, termasuk pengelola obyek wisata Waduk Tempuran,” kata Joko.

Koordinator Pembagi Pintu Air Waduk Tempuran Budi Santosa mengatakan, pengelola waduk akan membangun portal permanen. Kendaraan yang boleh lewat jalan inspeksi hanya sepeda dan sepeda motor agar dinding bendung tidak rusak.

Saat ini dinding bendung utama Waduk Tempuran retak dan ambles sepanjang 60 meter dengan kedalaman 40-50 sentimeter. Penurunan permukaan tanggul itu mengakibatkan bagian dalam dinding tanggul rapuh sehingga waduk rawan jebol, terutama pada musim hujan.

Koordinator Wilayah Seluna Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juwana Nur Hadi Mulyono mengatakan, pemerintah menganggarkan Rp 2 miliar untuk memperbaiki kerusakan tanggul Waduk Tempuran. (GAL/HEN)

(Kompas, Minggu, 3 Januari 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA ANDA :
EMAIL ANDA :
PERIHAL :
PESAN :
MASUKKAN KODE BERIKUT :