Views
SLEMAN, KOMPAS.com — Rencana pembangunan perpustakaan Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, yang tertunda karena penemuan candi Mataram Kuno di lokasi pembangunan akan dilanjutkan lagi. Salah satu rencana yang muncul adalah menyandingkan perpustakaan dengan candi.
Hal itu dikemukakan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik saat meninjau lokasi penggalian candi yang diperkirakan berasal dari abad ke-9-10 Masehi itu, Senin (4/1/2010). ”Candi ini masih akan terus digali sampai terungkap keseluruhan wujudnya. Kami minta mahasiswa dan pihak kampus bersabar karena tak bisa diburu-buru,” kata Jero Wacik.
Namun, Jero Wacik menjamin pembangunan perpustakaan akan bisa dilanjutkan. ”Kalau seluruh candi sudah terungkap, kami akan bicarakan lagi dengan pihak yayasan dan rektorat untuk mencari jalan keluar terbaik. Yang jelas, tidak akan merugikan kampus, tetapi juga tidak merusak candi,” ujarnya.
Salah satu ide yang dicetuskannya adalah menyandingkan candi dengan bangunan perpustakaan yang akan dibangun. ”Bisa saja nanti candinya berada di dalam perpustakaan sehingga mahasiswa sambil belajar bisa melihat-lihat candi. Tinggal arsitektur perpustakaannya saja yang disesuaikan,” kata Jero Wacik.
Ketua Yayasan Badan Wakaf UII Luthfi Hasan mengatakan setuju dengan ide itu karena UII juga menghadapi keterbatasan lahan jika harus memindahkan pembangunan perpustakaan ke lokasi lain. Kalaupun tidak memungkinkan candi berada di dalam, paling tidak perpustakaan itu akan dibangun di sekitar candi sehingga keduanya seolah terlihat menyatu.
Pihak yayasan juga siap menanggung konsekuensi perubahan desain perpustakaan itu, khususnya dari segi biaya. ”Rencana awal, perpustakaan ini dianggarkan Rp 15 miliar. Tetapi, melihat perubahan desain nanti, biaya pasti membengkak,” katanya.
Bagian bangunan candi ditemukan pada 11 Desember oleh pekerja pembangunan perpustakaan di Kampus Terpadu UII, Jalan Kaliurang. Setelah penggalian selama dua minggu oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta, 30-40 persen struktur candi terungkap.
Dari hasil penggalian, candi Hindu itu terdiri atas satu candi utama berukuran 6 x 6 meter dan candi perwara (pendamping) berukuran 4 x 6 meter. Ditemukan pula beberapa arca, seperti arca ganesha, lingga-yoni, dan nandi, di dalam candi.
Direktur Peninggalan Purbakala Junus Satrio Atmodjo mengatakan, struktur candi ini memiliki keunikan yang tak ditemukan di candi-candi lain, yakni kombinasi bangunan dari batu (badan) dan kayu (atap).
Selesai dipugar
Sementara itu, Bangsal Trajumas di Keraton Yogyakarta dan Candi Wisnu serta Brahma di Kompleks Candi Prambanan, Yogyakarta, yang rusak karena gempa bumi tahun 2006 selesai dipugar. Agar tahan gempa, Bangsal Trajumas dikembalikan ke konstruksi aslinya, sedangkan Candi Wisnu dan Brahma diberi penguatan beton bertulang.
Jero Wacik dan Menko Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono didampingi Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X meresmikan purnapugar bangunan cagar budaya ini di Keraton Yogyakarta, Senin. Turut diresmikan pula purnapugar Candi Induk Lumbung dan Candi Apit nomor 4 di Kompleks Candi Sewu dan Candi Induk Utara di Kompleks Candi Plaosan Lor.
Rehabilitasi dan rekonstruksi Bangsal Trajumas yang roboh akibat gempa membutuhkan biaya Rp 2,5 miliar. (ENG/RWN)
(Kompas, Selasa, 5 Januari 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar