Pengumuman

Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Minggu, 08 Februari 2009

Arca Perunggu di Radya Pustaka Buatan Baru

Views

SOLO, SENIN--Kepala Pusat Informasi Majapahit Aris Soviyani, Sabtu (29/11), menyatakan, tujuh benda perunggu yang disimpan di Museum Radya Pustaka, Solo, Jawa Tengah, dipastikan buatan baru.

Hasil inventarisasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah akhir 2007 menunjukkan, dari 85 arca perunggu koleksi Museum Radya Pustaka, ada 34 arca palsu, 18 arca diduga palsu, dan 33 arca asli.

Aris sebelumnya memberikan keterangan di Kantor Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Surakarta terkait hilangnya sejumlah arca perunggu koleksi Museum Radya Pustaka. Setelah itu, Aris bersama beberapa polisi yang dipimpin Kepala Unit Reserse Ekonomi Ajun Komisaris Sujiharto pergi ke Museum Radya Pustaka.



SONYA HELLEN SINOMBOR
Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Solo, Jawa Tengah, akhirnya menyita lima arca asli milik Museum Radya Pustaka, Surakarta, dari kediaman Hashim Djojohadikusumo di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Kelima arca yang hilang beberapa waktu lalu itu dikirim kembali ke Solo dan tiba di Markas Poltabes Solo, Rabu (21/11/07).


Mereka bersama Ketua Komite Museum Radya Pustaka Winarso Kalingga dan anggota staf museum, Soemarni Wijayanti, masuk ke ruang perunggu selama dua jam. ”Ada tujuh benda yang saya amati, itu buatan baru, dari menjelang tahun 1980 sampai dengan 1990-an. Tidak semua arca baru itu terbuat dari perunggu. Ada yang dari kuningan atau campuran logam lainnya,” kata Aris.

Ketujuh benda yang diamati antara lain dua arca Avalokitesvara, dua arca Buddha, arca Cunddha, arca Dewi Tara, dan satu lampu gantung. Dari pengamatan diketahui terdapat ketidaksimetrisan bentuk tubuh, bagian-bagian tubuh, dan pakaian. ”Arca yang asli antarbagian simetris.”

Ia memastikan, arca-arca perunggu itu buatan para perajin di Desa Bejijong, Trowulan, dan Mojoagung di Jawa Timur. Biasanya perajin memproses arca agar terkesan kuno, misalnya diberi air keras, dipendam dalam tanah, disimpan dalam sekam, atau diberi kotoran hewan.

Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Poltabes Surakarta Komisaris Suharyanto mengatakan, hingga kini pihaknya sudah memeriksa 10 saksi. Keberadaan arca perunggu yang hilang belum diketahui. ”Kejadiannya diperkirakan sudah lama, sejak tahun 1970-an,” kata Suharyanto.

Soemarni Wijayanti mengungkapkan, sejak ia bekerja di Radya Pustaka tahun 2003, ruang perunggu tidak pernah dibuka untuk umum. (eki)

(Sumber: Kompas, Selasa, 2 Desember 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA ANDA :
EMAIL ANDA :
PERIHAL :
PESAN :
MASUKKAN KODE BERIKUT :