Pengumuman

Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Minggu, 15 Februari 2009

Hilangnya Benda Purbakala

Views


Terenyak kita oleh hilangnya benda-benda purbakala dari dalam museum. Lebih terenyak lagi ketika kemudian mengetahui orang yang mengoleksinya.

Kita tidak serta-merta ingin menyalahkan mereka yang menyimpan koleksi benda-benda purbakala tersebut. Hanya saja, kita pantas prihatin, betapa kita tidak peduli terhadap peninggalan nenek moyang kita, yang seharusnya penting sebagai catatan besar sejarah bangsa ini. Ketidakpedulian itu ternyata terjadi pada semua strata masyarakat bangsa ini, termasuk mereka yang seharusnya menyadari bahwa kita punya tanggung jawab bersama melestarikan benda-benda purbakala peninggalan nenek moyang kita.

Hilangnya benda-benda purbakala di Museum Radya Pustaka, Solo, bukanlah yang pertama kali terjadi. Peristiwa yang sama pernah terjadi di banyak tempat yang lain. Negeri ini memang kaya dengan peninggalan benda-benda purbakala. Kita baru tersadar ketika kemudian benda-benda itu ramai dibicarakan orang karena hendak dilelang di balai-balai lelang kenamaan dunia.

Kita tidak bisa menutup mata, pada kelompok masyarakat tertentu selalu ada keinginan terlihat "lebih". Apalagi ketika materi sudah sampai pada batas berlebihan, selalu ada keinginan untuk tampil beda, tampil eksklusif, memiliki kekhasan yang tidak dimiliki orang lain. Ironisnya, kepemilikan benda-benda purbakala merupakan salah satu indikator kelas sosial yang berbeda.

Tidaklah mungkin benda-benda purbakala bisa keluar dan kemudian diperjualbelikan apabila tidak ada keterlibatan pihak pengelola benda-benda tersebut. Transaksi harus terjadi di antara dua pihak, yakni mereka yang ingin menjual dan mereka yang ingin membeli. Kenaifan dan bahkan kerakusanlah yang membuat hal-hal yang terlarang itu akhirnya bisa terjadi.

Apakah dengan terungkapnya kasus pencurian dan penjualan benda-benda purbakala dari Museum Radya Pustaka selanjutnya bisa kita cegah terulangnya kejadian yang sama? Jujur, kita tidak bisa menjamin bahwa hal itu tidak akan berulang, apalagi di tengah kehidupan masyarakat bangsa ini yang didominasi materi. Seakan-akan keberhasilan dan kebahagiaan hidup itu diukur dari seberapa banyak materi yang dimiliki.

Apalagi kita menyadari lemahnya pengawasan pada bangsa kita. Kita sering tidak telaten dan selalu menggampangkan berbagai persoalan. Sebab, dalam kasus Museum Radya Pustaka, awal tahun ini surat kabar ini pernah mengingatkan rawannya museum tersebut dari pencurian. Benda-benda purbakala yang tidak ternilai harganya diletakkan tanpa pengawasan yang ketat.

Ternyata 11 dari arca yang tidak ternilai harganya hilang. Sekarang sepuluh di antaranya beruntung sudah ditemukan kembali. Tentunya kita mendukung untuk diusut tuntasnya perjalanan dari hilangnya benda-benda purbakala tersebut. Untuk apa? Supaya kita bisa mengetahui bagaimana arca-arca itu bisa keluar dari museum dan kemudian dilelang di luar negeri. Apakah benar penjualan arca-arca itu memiliki persetujuan dari pihak Kesunanan Solo? Kita harus belajar dari semua kesalahan ini agar lalu tidak mengulanginya.

(Sumber: Kompas, Jumat, 23 November 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA ANDA :
EMAIL ANDA :
PERIHAL :
PESAN :
MASUKKAN KODE BERIKUT :