Pengumuman

Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Senin, 16 Februari 2009

Kompleks Candi Abad X Dijadikan Makam

Views


Sebuah candi yang diperkirakan merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya abad X-XIII ditemukan di Desa Sumay Tuo, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Jambi, telah menjadi areal pemakaman modern. Akibatnya, kalangan arkeolog kesulitan melakukan pemugaran untuk menyelamatkan peninggalan sejarah tersebut.

Tim survei arkeologi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi menemukan sebuah kawasan candi yang telah tertumpuk makam-makam modern. Menurut ketua tim survei, Kristanto Januardi, Candi Sumay berukuran sekitar 10 x 10 m2 berada dalam kawasan percandian seluas hampir 1 hektar.

Tanah itu lebih tinggi dibandingkan dengan dataran di sekitarnya, berjarak 150 meter dari tepi salah satu anak Sungai Batanghari, Batang Sumay. Kondisi lahan di dataran tinggi menarik masyarakat membangun makam di sana.

"Masyarakat diperkirakan sebelumnya tidak mengetahui bahwa terdapat candi di sana," katanya, Selasa (19/2). Temuan ini adalah bagian dari hasil penelusuran tim BP3 Jambi di sepanjang daerah aliran Sungai Batanghari, 21-30 Januari 2008. Jarak melalui jalur air mencapai 400 km dari Kota Jambi hingga mencapai Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi.

Menurut Kris, kondisi candi yang terbuat dari batu bata ini sudah rusak. Hal tersebut mengakibatkan kegiatan pemugarannya akan makin sulit.

Tak jauh dari candi terdapat makam kuno dari kayu sungkay, atau kayu yang telah menjadi fosil atau membatu. Kris memperkirakan terdapat sejumlah desa tua peninggalan Kerajaan Melayu Kuno atau Sriwijaya.

Di Desa Kandang, Tebo Tengah, tim menemukan Arca Patmapani dalam posisi bersila. Keunikan arca ini adalah bergaya Syailendra, dengan tinggi 6,5 cm dan lebar 4 cm.

Selain arca, terdapat juga sabuk rantai berkepala Kala, dari bahan kuningan sepanjang 67 cm.Arca Kala biasanya dipasang di depan pintu-pintu masuk candi sebagai penolak bala.


Diperjualbelikan


Dua arca Awalokitaswara yang ditemukan warga Desa Kandang belum lama ini telah jatuh ke tangan kolektor dengan harga Rp 7 juta. Padahal, arca Awalokitaswara merupakan arca penting, menggambarkan perwujudan Buddha pada masa awal sebelum pencariannya akan kehidupan. Lewat arca ini, tampak Buddha sebagai anak raja yang masih berpakaian mewah.

Kepala Seksi Pelestarian dan Pemanfaatan BP3 Jambi Rusmeijeni Setyorini menyayangkan adanya jual beli peninggalan purbakala di sana. "Benda purbakala adalah milik negara, mestinya tak boleh diperjualbelikan," ujarnya.

Setyorini mengimbau masyarakat supaya tidak melakukan penggalian liar di sepanjang DAS Sungai Batanghari demi mendapatkan temuan-temuan arkeologis untuk kepentingan diperjualbelikan. (ITA)

(Sumber: Kompas, Kamis, 18 Desember 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA ANDA :
EMAIL ANDA :
PERIHAL :
PESAN :
MASUKKAN KODE BERIKUT :