Views
Ratusan ribu warga memadati pinggiran jalan-jalan Cairo hari Jumat (25/8) untuk mengucapkan selamat berpisah. Hari itu yang mereka lepas pergi dengan penuh emosi adalah Ramses II. Tentu saja bukan Firaun yang memerintah pada abad ke-13 Sebelum Masehi itu, tetapi patung raksasanya yang selama ini menjadi salah satu lambang ibu kota Mesir itu.
Patung raksasa itu dipindahkan dari alun-alun pusat kota yang padat penduduk dan berpolusi itu ke rumah barunya dekat kompleks Piramida.
"Ramses akan bahagia. Dia mungkin akan mengutuk kita dari kuburnya kalau kita tidak memindahkan patungnya dari tempat yang buruk dan penuh polusi ini," kata Kepala Urusan Benda Kuno Mesir Zahi Hawass kepada AFP setelah patung itu menyelesaikan perjalanannya.
Setelah bertahun-tahun perdebatan, operasi risiko tinggi untuk memindahkan patung granit merah muda setinggi 11 meter dan seberat 100 ton itu akhirnya dimulai pada pukul 01.00 sesuai yang dijadwalkan.
Patung itu—yang diletakkan di sebuah dasar besar beroda dan ditarik oleh sebuah truk—memerlukan waktu 10 jam untuk menyelesaikan perjalanan 35 kilometernya.
Hawass memuji diselesaikannya tugas itu, yang dilakukan dengan biaya sekitar satu juta euro (1,3 juta dollar AS). "Hari ini kita orang Mesir telah berhasil memindahkan sendiri patung itu, sedangkan di masa lalu orang-orang asing mengurusi benda-benda kuno kita."
Warga Cairo dari berbagai usia dan latar belakang turun ke jalan di tengah malam itu untuk mengikuti patung Firaun, perwira terbesar di Mesir kuno, saat patung yang terbungkus gips dan plastik pelindung itu bergerak perlahan melalui pusat kota.
Seruan-seruan "Ramses, Ramses", disertai tepukan tangan, siulan, dan lolongan menyambut patung itu di tiap tahap dari perjalanan akhirnya, bergerak perlahan-lahan sepanjang jalan dengan kecepatan 5 km per jam.
"Kami akan merindukanmu," teriak Issam Abu Said (12) saat konvoi yang diterangi cahaya lampu itu mulai bergerak, memulai perjalanan Ramses dari lapangan di luar stasiun kereta api utama Cairo ke dataran tinggi Giza.
Jantung salah satu kota terpadat penduduknya di dunia itu berubah menjadi sebuah karnaval besar, dengan orang-orang memasang bendera-bendera di balkon-balkon mereka dan memanjati tiang-tiang lampu, bus, masjid, dan tempat mana pun yang mereka temukan untuk menyaksikan patung itu lewat.
Ribuan polisi dikerahkan dalam upaya untuk membentuk sebuah pagar betis agar konvoi bisa berlalu dengan selamat.
Patung berusia lebih dari 3.200 tahun itu dipindahkan sebagai upaya untuk menyelamatkannya dari asap knalpot dan polusi lain yang menyebabkan kondisi patung itu memburuk.
Patung itu dibawa ke Cairo tahun 1954 dari sebuah kuil di situs ibu kota Mesir kuno, Memphis. Dua tahun sebelumnya, sekelompok perwira muda dipimpin Gamal Abdul Nasser telah menggulingkan Raja Farouk yang didukung Inggris dan menghapus sebuah monarki yang telah menjadi terlalu dekat dengan kekuatan asing.
Nasser ingin menggunakan Ramses II—yang patung raksasanya ditemukan pada tahun 1882 di Memphis—untuk melambangkan akar Mesir asli dari republik baru itu.
"Patung itu dipotong menjadi delapan bagian dan digabungkan kembali. Tak seorang arkeolog pun hadir. Itu keputusan sebuah kediktatoran militer," kata Hawass.
Sebuah sangkar dibangun di sekeliling patung itu, sementara dua truk membawanya dalam posisi tegak selama perjalanan 10 jam yang membawanya menyeberangi Sungai Nil.
Patung Firaun yang memerintah Mesir selama 68 tahun, 1304-1237 SM, itu akhirnya tiba di lokasi barunya dekat Piramida Giza, tak jauh dari tempat yang nantinya menjadi Museum Agung Mesir.
"Ramses akan bahagia kini. Seandainya bisa bicara, dia mungkin akan mengatakan ’terima kasih’...," kata Hawass. (AFP/AP/DI)
(Sumber: Kompas, Sabtu, 26 Agustus 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar