Pengumuman

Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Selasa, 17 Maret 2009

Peninggalan Sejarah: Penanganan Museum di Jakarta Setengah-setengah

Views


Jakarta, kompas - Museum dan bangunan bersejarah di Jakarta belum dikelola dengan baik. Sebagian besar peninggalan masa lalu Jakarta dan Indonesia itu dibiarkan tak terawat. Akibat pengelolaan yang setengah-setengah tersebut, Jakarta terancam bakal kehilangan aset budaya yang merupakan cermin jati diri serta peluang pengembangan potensi wisata.

"Selama ini pengelolaan museum masih parsial. Ada beberapa yang sudah bagus, tetapi sebagian besar masih butuh perhatian ekstra, baik dari pemerintah maupun masyarakat," kata sejarawan Kartum Setiawan Minggu (17/12) di Jakarta.

Menurut Kartum, kesadaran masyarakat akan pentingnya museum masih rendah. Hanya sebagian kecil masyarakat Jakarta yang menyenangi wisata ke museum meskipun keberadaannya sebagai gudang ilmu pengetahuan sudah umum diketahui. "Di sisi lain, sinergi pengelolaan museum dan bangunan bersejarah antara pemerintah dan pihak swasta juga kurang," katanya.

Dalam prinsip pelestarian benda cagar budaya, lanjut Kartum, tak hanya benda yang dilestarikan, tetapi juga ada ketentuan penataan kawasan. Penataan tempat bersejarah itulah yang masih minim, bahkan boleh dikatakan belum ada di Jakarta.

Di seluruh DKI Jakarta, saat ini ada belasan museum dan ratusan bangunan cagar budaya. Namun untuk satu alur rute wisata budaya saja, hingga saat ini tidak ada. Masyarakat dan wisatawan di Jakarta masih kesulitan menemukan obyek-obyek peninggalan sejarah tersebut.

Bersama Kartum Setiawan dan komunitas Jelajah Budaya, Kompas Minggu kemarin mengunjungi beberapa museum dan bangunan bersejarah sepanjang kawasan Kota hingga ke Monas. Perjalanan di antaranya dilakukan dengan menggunakan kereta api dan berjalan kaki.

Rombongan mengawali perjalanan dari Stasiun Beos. Keindahan dan kekokohan stasiun yang diresmikan tahun 1929 itu masih dapat dinikmati, tetapi kawasan di sekelilingnya padat dan tidak tertata. Daya tarik stasiun tua yang menjadi salah satu ciri Jakarta itu pun kabur ditelan hiruk pikuk Glodok.

Kondisi lebih parah dialami Stasiun Juanda yang pada masa keemasannya dulu merupakan kawasan bergengsi pusat pertokoan, hotel, hiburan, dan perkantoran.

Suasana berbeda baru dirasakan saat menikmati keelokan bangunan Gereja Katedral Jakarta, Gereja Immanuel, Gedung Departemen Keuangan, serta Gedung Pancasila. Empat gedung itu masih dikelola dan digunakan hingga saat ini. (nel)

(Sumber: Kompas, Senin, 18 Desember 2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA ANDA :
EMAIL ANDA :
PERIHAL :
PESAN :
MASUKKAN KODE BERIKUT :