Views
Jambi, Kompas - Penggalian yang dilakukan di pinggir sebelah timur situs Kolam Talago Rajo, Kompleks Percandian Muaro Jambi, Kabupaten Muaro Jambi, di areal 14 x 10 meter, menemukan tungku dari batu bata kuno. Benda itu diyakini digunakan untuk pengolahan logam dan peralatan pada zaman Hindu Buddha, Abad 12-14 Masehi.
Peneliti dari Balai Arkeologi Palembang yang melakukan penggalian dari 16-26 Juni 2006 juga menemukan wadah merkuri, tempayan, piring, pecahan mangkuk, bejana, dan periuk abad 12.
Retno Purwanti, arkeolog yang memimpin penggalian, Sabtu (24/6) mengungkapkan, lokasi tungku dikelilingi dinding batu bata kuno setinggi dua meter, sehingga merupakan bangunan setengah permanen ukuran 4 x 4 meter. Juga ditemukan struktur bata alas tiang sudut.
"Bangunan tungku ini diyakini ambruk karena proses alam. Reruntuhan tungku hanya sampai sekitar tiga meter dari dinding tungku," ujar Retno.
Dia menjelaskan, di dalam struktur tungku ditemukan sisa bekas pembakaran. Di luar tungku ditemukan tumpukan arang di areal 250-230 sentimeter. "Temuan arang dan sisa pembakaran tersebut akan kita teliti lebih lanjut di laboratorium sehingga diketahui waktunya. Peralatan yang diolah di tungku diyakini untuk keperluan upacara keagamaan agama Buddha Mahayana aliran Tantrayana," ucap Retno.
Keberadaan Situs Kepurbakalaan Muaro Jambi diketahui untuk pertama kali oleh seorang perwira tentara Inggris, Letnan SC Crooke, tahun 1820, ketika ditugaskan mengunjungi daerah pedalaman Batanghari untuk pemetaan Sungai Batanghari.
Kemudian pada tahun 1920 Situs Muaro Jambi disinggahi peneliti Belanda, T Adam, dan dilanjutkan FM Schnitger, 1935.
Arca Pradnyaparamita
Penggalian sudah sering dilakukan, bahkan hampir setiap tahun, seperti di Candi Astano dan Candi Gumpung. Artefak yang ditemukan antara lain, Arca Gajahsingha, Arca Makara, Dewi Pradnyaparamita. Juga grabah, dan keramik asal China, Thailand, Vietnam, dan Myanmar.
FM Schnitger dalam ekspedisi di Sumatera sempat melakukan penggalian di beberapa candi. Penelitian tidak diikuti dokumentasi lengkap, sehingga banyak informasi yang didapat tidak ditulis dalam laporan. Penelitian arkeologi dalam arti sesungguhnya baru dilakukan 1981 oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala.
Tahun 1978 dilakukan pemugaran Candi Tinggi yang selesai 1987. Selanjutnya, Candi Gumpung (1982-1988), Candi Astano (1985-1989), dan Candi Kembar Batu (1991-1995). Sejak 1996 dilakukan pemugaran Candi Gedong I hingga kini. (nat)
(Sumber: Kompas, Selasa, 27 Juni 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar