Pengumuman

Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Senin, 16 Maret 2009

Situs Megalitik di Pagaralam dan Lahat Dibiarkan Telantar

Views


Lahat, Kompas - Sebagian situs bersejarah peninggalan peradaban manusia zaman batu atau megalitik di Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, telantar akibat kurang pemeliharaan. Beberapa peninggalan budaya dari sekitar abad pertama Masehi itu, sudah keropos akibat dibiarkan ditimpa terik matahari dan hujan, sebagian lagi dirusak tangan-tangan jahil.

Situs yang terbengkalai, antara lain situs megalitik di Kelurahan Tegur Wangi, Pagaralam, dan tiga situs di Desa Tinggihari, Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat. Berdasarkan pemantauan, Senin (21/8), sebagian besar dari batu-batu peninggalan bersejarah di semua situs itu rusak akibat keropos, dicorat-coret tangan jahil, atau dibiarkan terbengkalai di tengah semak belukar. Saat Kompas berkunjung, tidak ada juru pelihara yang berjaga, dan tak ada keterangan tentang artefak itu.

Empat patung manusia di situs Tegur Wangi, misalnya, sudah pecah-pecah dan keropos. Meski dilindungi rumah cungkup, patung batu itu masih dicorat-coret oleh tangan usil pengunjung. Dua rumah batu yang unik di kawasan pertanian itu, juga dikotori tulisan dari cat warna hitam dan putih. Ruang dalam salah satu rumah batu dipenuhi air berlumpur.

Kondisi tiga situs Tinggihari juga telantar. Satu menhir atau batu bulat panjang di situs Tinggihari III, misalnya, dibiarkan terbengkalai di antara rumput alang-alang liar yang tumbuh tinggi. Beberapa patung batu di situs Tinggihari II keropos akibat ditimpa hujan dan terik di tengah kebun. Bangunan rumah penjaga di Tinggihari I sudah rusak parah dan tidak dihuni lagi. Kawasan itu dipenuhi alang-alang yang tumbuh liar, dan sebagian semak belukar tampak habis terbakar.

Peneliti dari Balai Arkeologi Palembang, Retno Purwanti, menyayangkan kondisi situs-situs megalitik yang memprihatinkan itu. Jika dibiarkan telantar, peninggalan bersejarah itu bisa semakin rusak, bahkan hilang dicuri orang. Padahal situs megalitik di Tegur Wangi dan Tinggihari sudah ditetapkan sebagai benda cagar budaya (BCB) yang harus dilindungi. "Situs di dua lokasi itu menggambarkan, telah berkembang peradaban tinggi jauh sebelum Kerajaan Sriwijaya yang tumbuh abad VII Masehi.

Kebudayaan zaman batu itu sudah mengenal sistem religi, tingkatan sosial, pemerintahan lokal, dan pola pertanian yang baik sehingga kawasan itu surplus pangan." Dolmen atau batu datar menyerupai meja di Tinggihari dan Tegur Wangi diperkirakan merupakan altar persembahan. Sejumlah arca batu berbentuk manusia atau hewan merupakan wujud penghormatan pada leluhur. Menhir bulat tinggi di Tinggihari melambangkan penghormatan pada nenek moyang. (IAM/mul)

(Sumber: Kompas, Rabu, 23 Agustus 2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA ANDA :
EMAIL ANDA :
PERIHAL :
PESAN :
MASUKKAN KODE BERIKUT :