Pengumuman

Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Senin, 16 Maret 2009

Situs-situs Sejarah Terbengkalai

Views

Belum Jadi Prioritas Utama karena Anggaran Minim

Jakarta, Kompas - Situs-situs sejarah zaman VOC dari abad ke-17 di Kepulauan Seribu masih juga terbengkalai sejak ditetapkan sebagai Taman Arkeologi pada tahun 2002. Kondisi situs sangat tidak terawat dan semakin rusak. Sebagian situs kadang hanya dijadikan lokasi pesta rave, videoklip, dan pemotretan foto model.

Dari pemantauan selama dua hari satu malam bersama komunitas historia pada akhir pekan lalu, kondisi sebagian besar situs tampak porak poranda. Situs yang sarat nilai sejarah itu umumnya berupa sisa reruntuhan bangunan, benteng, makam, dan kincir angin. Situs tersebar di empat pulau kecil dari Taman Arkeologi, yaitu Onrust, Bidadari, Cipir, dan Kelor.

Selain tidak terawat, kondisi pulau dan perairan di sekitar pulau dikotori sampah. Kapal boat yang ditumpangi Kompas pada hari Minggu lalu sempat berhenti mendadak karena baling-baling mesin terbelit sampah plastik di laut.

Keempat pulau itu pun terancam semakin terkikis (abrasi) karena sebagian tanggul yang dibangun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai jebol. Tanggul yang dibangun sekitar tahun 2003 itu hanya bagian luarnya yang berupa beton. Sementara tampak jelas pada tanggul yang jebol, bagian dalamnya hanya berisi karung-karung berisi pasir.

Sejumlah nelayan dan penghuni pulau menyebutkan, Pulau Kelor, misalnya, kerap hanya dijadikan tempat pembuatan videoklip dan foto-foto sensual. Pulau Onrust juga pernah sekadar dijadikan obyek acara reality show berbau mistis.

Sementara Benteng Martello dari peninggalan VOC di Pulau Bidadari sejak tahun 2005 sudah beberapa kali dijadikan lokasi rave party atau pesta disko di lokasi terbuka. Namun, penyelenggara pesta memasang peralatan pesta dengan merusak dinding benteng. Bekas tancapan paku untuk keperluan perlengkapan masih tampak jelas.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta Aurora Tambunan mengaku juga menyayangkan kondisi tersebut. Menurut dia, Pemerintah Provinsi DKI sama sekali tak bermaksud menelantarkan pulau-pulau sarat nilai sejarah itu.

”Anggaran yang terbatas membuat kami harus membuat prioritas. Namun, kami masih sangat optimistis banyak pihak, termasuk swasta, yang akan mendukung dan membantu,” ujar Aurora, Kamis kemarin.

Aurora menambahkan, dengan keterbatasan anggaran itu, prioritas lebih ditujukan pada sejumlah bangunan tua bersejarah di Jakarta yang mulai rapuh dan berpotensi membahayakan nyawa manusia. Untuk sementara ini, pemerintah provinsi lebih mengutamakan peningkatan sosialisasi keberadaan Taman Arkeologi tersebut kepada publik. (SF)

(Sumber: Kompas, Jumat, 22 September 2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA ANDA :
EMAIL ANDA :
PERIHAL :
PESAN :
MASUKKAN KODE BERIKUT :