Pengumuman

Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Kamis, 13 Agustus 2009

Museum Terkendala Dana

Views

Naskah Kuno Mulai Digitalisasi

SOLO - Hilangnya sejumlah naskah kuno dan buruknya inventarisasi koleksi di museum tidak terlepas dari terbatasnya dana dan sumber daya manusia. Hal ini dialami sejumlah museum di Tanah Air, termasuk Museum Radya Pustaka Solo.

Di Museum Radya Pustaka, misalnya, hingga kini hanya ada empat anggota staf yang bertu­gas, yakni petugas tiket, adminis­trasi, perpustakaan, dan peman­du wisata. Keempatnya bersama tiga orang Komite Museum Rad­ya Pustaka mengelola museum. Ini ditambah satu juru pelihara museum.

"Untuk perawatan dan opera­sional, seperti listrik, kebutuhan dananya banyak sekali, semen­tara kami hanya mendapat ban­tuan Rp 100 juta setahun. Untuk honor karyawan dan operasional saja tidak cukup," kata Ketua Komite Museum Radya Pustaka Winarso Kalingga, Senin (25/5).

Petugas perpustakaan, Kurnia Heniwati, berharap museum mendapat pendampingan tenaga ahli untuk pengelolaan museum dan perawatan koleksi-koleksi­nya. Saat ia masuk tahun 2007, kondisi koleksi pustaka semra­wut. "Buku-buku banyak yang hampir hancur. Letaknya ber­campur karena pengunjung bisa mengambil sendiri buku yang ingin dibaca," katanya.

Kurnia bersama anggota staf lainnya kemudian membersih­kan dan memperbaiki buku-buku yang ada, termasuk menemukan keberadaan buku-buku di gudang yang belum masuk katalog, di antaranya buku berbahasa Be­landa 300 buah, berbahasa In­donesia 400, dan berbahasa Jawa carik 200 buah.

Anggota staf museum Radya Pustaka, Soemarni Wijayanti, mengatakan, pihaknya harus pintar-pintar membagi waktu untuk mengurus koleksi pustaka. "Un­tuk mencari naskah dan buku kuno yang diduga hilang, kami harus menyempatkan waktu di tengah tugas utama melayani pengunjung museum dan per­pustakaan," katanya.

Wali Kota Solo Joko Widodo secara terpisah mengatakan, pi­haknya akan menambah bantuan dana untuk museum dalam per­ubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Solo. Ia juga meminta agar mu­seum segera mencari keberadaan buku dan naskah kuno yang di­duga hilang. Jika memang dipas­tikan hilang, Komite Museum diminta segera melapor ke po­lisi.

Untuk tahun anggaran 2009, Pemkot Solo memberi bantuan Rp 100 juta. Museum Radya Pus­taka berumur 119 tahun, didi­rikan 28 Oktober 1890 oleh Kan­jeng Raden Arjo (KRA) Sosrodiningrat IV yang saat itu men­jabat patih Paku Buwono IX.


Lakukan Digitalisasi


Secara terpisah, pendiri Yaya­san Sastra Surakarta, John Pater­son, dan Direktur Yayasan Sastra Surakarta Supardjo mengatakan, menyadari naskah kuno sangat penting untuk pengembangan il­mu pengetahuan. Yayasan Sastra Surakarta, Jawa Tengah, kini me­reka melakukan digitalisasi ter­hadap naskah peninggalan masa lalu. Paterson mengatakan, hing­ga kini, sekitar 15 juta kata telah didigitalisasi dan sedang dalam proses mengunggah pada situs web www.sastra.org.

Sebagian besar karya yang akan dimuat dalam situs web, yang rencananya akan online kembali mulai Agustus 2009, adalah karya sastra terkenal yang ditulis atau diterbitkan pada awal abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Karya dimulai dari bentuk tembang (puisi), gencaran (pro­sa) baik prosa yang ditulis tangan, cetakan, maupun ketikan.

"Dengan digitalisasi, naskah asli menjadi lebih aman," kata Direktur Yayasan Sastra Sura­karta.

Direktur Museum Direktorat Sejarah dan Purbakala Depar­temen Kebudayaan dan Pariwi­sata Intan Mardiana Napitupulu mengatakan, buku kuno yang di­nyatakan hilang belum bisa dika­takan hilang karena harus dibuk­tikan dulu dengan catatan yang ada. (EKI/SON/NAL)***

(Kompas, Selasa, 26 Mei 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA ANDA :
EMAIL ANDA :
PERIHAL :
PESAN :
MASUKKAN KODE BERIKUT :