Views
Masih Dicari 23 Buku Kuno yang Hilang
SOLO - Pengelola Museum Radya Pustaka di Kota Solo "menemukan" 16 peta kuno. Dari 16 peta kuno tersebut, tujuh di antaranya sudah diidentifikasi, yakni dua peta Surakarta, peta wilayah Keraton Plered, Keraton Surakarta, Keraton Pajang, Kasepuhan Cirebon, dan Keraton Kartasura.
Peta kuno tersebut digambar dengan tangan menggunakan tinta di atas kertas karton tebal. Salah satu peta, yakni peta wilayah Keraton Kasepuhan Cirebon, dibuat tahun 1882 atau berumur 127 tahun. Adapun peta wilayah Surakarta disertai catatan pembuatan tahun 1903.
Gambar peta masih tampak jelas, tetapi beberapa peta sudah mulai sobek. Tulisan pada peta menggunakan huruf Jawa carik dan ada juga yang menggunakan huruf Latin. Peta-peta tersebut selama ini belum masuk daftar inventarisasi koleksi Museum Radya Pustaka.
Peta ditemukan saat staf museum membersihkan gudang untuk mencari sekitar 23 buku dan naskah kuno yang diduga hilang.
"Banyak koleksi buku dan naskah di gudang itu yang belum diberi nomor dan masuk daftar inventarisasi," kata Ketua Komite Museum Radya Pustaka Winarso Kalingga, Sabtu (23/5).
Peta-peta kuno ditemukan Jumat lalu bersamaan dengan kedatangan lima staf dari Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Anggota staf Museum Radya Pustaka, Soemarni Wijayanti, mengungkapkan, Badan Arsip menyarankan dilakukan laminasi terhadap peta-peta kuno yang ditemukan agar awet dan bisa dipamerkan di Museum Radya Pustaka.
Sejarawan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Tundjung W Sutirto, mengatakan, peta kuno tersebut sangat berharga karena bisa diketahui wilayah kekuasaan beberapa keraton di Jawa saat itu. Bisa diketahui pula pola penataan kota, ekologi sistem pertahanan keraton saat itu.
Masih dicari
Berkaitan dengan dugaan hilangnya sekitar 23 naskah dan buku kuno, hingga kini pengelola museum masih melakukan pencarian.
Tundjung mengatakan, hilangnya naskah kuno dan belum diinventarisasinya peta-peta ktmo menunjukkan pengelolaan museum di Indonesia masih buruk dan tidak profesional. Barang-barang bersejarah yang tak ternilai harganya peninggalan zaman Singosari hingga Surakarta banyak yang tidak jelas keberadaannya. "Bendanya tetap ada, tetapi entah di mana keberadaannya," katanya.
Ini, menurut Tundjung, juga menunjukkan rendahnya kepedulian perguruan tinggi, terutama yang memiliki fakultas sastra, karena sedikit sekali mengambil bagian dalam pelestarian khazanah pustaka.
"Konvensi internasional tidak membolehkan penggandaan naskah kuno dengan fotokopi karena akan merusak naskah, tetapi bisa dibuat mikrofilm," kata Tundjung. (EKI)
(Kompas, Senin, 25 Mei 2009)
SOLO - Pengelola Museum Radya Pustaka di Kota Solo "menemukan" 16 peta kuno. Dari 16 peta kuno tersebut, tujuh di antaranya sudah diidentifikasi, yakni dua peta Surakarta, peta wilayah Keraton Plered, Keraton Surakarta, Keraton Pajang, Kasepuhan Cirebon, dan Keraton Kartasura.
Peta kuno tersebut digambar dengan tangan menggunakan tinta di atas kertas karton tebal. Salah satu peta, yakni peta wilayah Keraton Kasepuhan Cirebon, dibuat tahun 1882 atau berumur 127 tahun. Adapun peta wilayah Surakarta disertai catatan pembuatan tahun 1903.
Gambar peta masih tampak jelas, tetapi beberapa peta sudah mulai sobek. Tulisan pada peta menggunakan huruf Jawa carik dan ada juga yang menggunakan huruf Latin. Peta-peta tersebut selama ini belum masuk daftar inventarisasi koleksi Museum Radya Pustaka.
Peta ditemukan saat staf museum membersihkan gudang untuk mencari sekitar 23 buku dan naskah kuno yang diduga hilang.
"Banyak koleksi buku dan naskah di gudang itu yang belum diberi nomor dan masuk daftar inventarisasi," kata Ketua Komite Museum Radya Pustaka Winarso Kalingga, Sabtu (23/5).
Peta-peta kuno ditemukan Jumat lalu bersamaan dengan kedatangan lima staf dari Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Anggota staf Museum Radya Pustaka, Soemarni Wijayanti, mengungkapkan, Badan Arsip menyarankan dilakukan laminasi terhadap peta-peta kuno yang ditemukan agar awet dan bisa dipamerkan di Museum Radya Pustaka.
Sejarawan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Tundjung W Sutirto, mengatakan, peta kuno tersebut sangat berharga karena bisa diketahui wilayah kekuasaan beberapa keraton di Jawa saat itu. Bisa diketahui pula pola penataan kota, ekologi sistem pertahanan keraton saat itu.
Masih dicari
Berkaitan dengan dugaan hilangnya sekitar 23 naskah dan buku kuno, hingga kini pengelola museum masih melakukan pencarian.
Tundjung mengatakan, hilangnya naskah kuno dan belum diinventarisasinya peta-peta ktmo menunjukkan pengelolaan museum di Indonesia masih buruk dan tidak profesional. Barang-barang bersejarah yang tak ternilai harganya peninggalan zaman Singosari hingga Surakarta banyak yang tidak jelas keberadaannya. "Bendanya tetap ada, tetapi entah di mana keberadaannya," katanya.
Ini, menurut Tundjung, juga menunjukkan rendahnya kepedulian perguruan tinggi, terutama yang memiliki fakultas sastra, karena sedikit sekali mengambil bagian dalam pelestarian khazanah pustaka.
"Konvensi internasional tidak membolehkan penggandaan naskah kuno dengan fotokopi karena akan merusak naskah, tetapi bisa dibuat mikrofilm," kata Tundjung. (EKI)
(Kompas, Senin, 25 Mei 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar