Pengumuman

Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Kamis, 13 Agustus 2009

Ditemukan 16 Peta Kuno

Views

Masih Dicari 23 Buku Kuno yang Hilang

SOLO - Pengelola Museum Radya Pustaka di Kota Solo "menemukan" 16 peta kuno. Dari 16 peta kuno tersebut, tujuh di antaranya sudah diidentifikasi, yakni dua peta Surakarta, peta wilayah Keraton Plered, Keraton Surakarta, Keraton Pajang, Kasepuhan Cirebon, dan Keraton Kartasura.

Peta kuno tersebut digambar dengan tangan menggunakan tinta di atas kertas karton tebal. Salah satu peta, yakni peta wi­layah Keraton Kasepuhan Cire­bon, dibuat tahun 1882 atau berumur 127 tahun. Adapun pe­ta wilayah Surakarta disertai ca­tatan pembuatan tahun 1903.

Gambar peta masih tampak jelas, tetapi beberapa peta sudah mulai sobek. Tulisan pada peta menggunakan huruf Jawa carik dan ada juga yang menggunakan huruf Latin. Peta-peta tersebut selama ini belum masuk daftar inventarisasi koleksi Museum Radya Pustaka.

Peta ditemukan saat staf mu­seum membersihkan gudang un­tuk mencari sekitar 23 buku dan naskah kuno yang diduga hilang.

"Banyak koleksi buku dan nas­kah di gudang itu yang belum diberi nomor dan masuk daftar inventarisasi," kata Ketua Komi­te Museum Radya Pustaka Wi­narso Kalingga, Sabtu (23/5).

Peta-peta kuno ditemukan Jumat lalu bersamaan dengan kedatangan lima staf dari Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Anggota staf Mu­seum Radya Pustaka, Soemarni Wijayanti, mengungkapkan, Ba­dan Arsip menyarankan dilaku­kan laminasi terhadap peta-peta kuno yang ditemukan agar awet dan bisa dipamerkan di Museum Radya Pustaka.

Sejarawan dari Universitas Se­belas Maret (UNS) Solo, Tun­djung W Sutirto, mengatakan, peta kuno tersebut sangat ber­harga karena bisa diketahui wi­layah kekuasaan beberapa kera­ton di Jawa saat itu. Bisa di­ketahui pula pola penataan kota, ekologi sistem pertahanan ke­raton saat itu.


Masih dicari


Berkaitan dengan dugaan hi­langnya sekitar 23 naskah dan buku kuno, hingga kini penge­lola museum masih melakukan pencarian.

Tundjung mengatakan, hilang­nya naskah kuno dan belum di­inventarisasinya peta-peta ktmo menunjukkan pengelolaan mu­seum di Indonesia masih buruk dan tidak profesional. Barang-ba­rang bersejarah yang tak ternilai harganya peninggalan zaman Si­ngosari hingga Surakarta banyak yang tidak jelas keberadaannya. "Bendanya tetap ada, tetapi entah di mana keberadaannya," kata­nya.

Ini, menurut Tundjung, juga menunjukkan rendahnya kepe­dulian perguruan tinggi, teruta­ma yang memiliki fakultas sastra, karena sedikit sekali mengambil bagian dalam pelestarian kha­zanah pustaka.

"Konvensi internasional tidak membolehkan penggandaan nas­kah kuno dengan fotokopi karena akan merusak naskah, tetapi bisa dibuat mikrofilm," kata Tun­djung. (EKI)

(Kompas, Senin, 25 Mei 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA ANDA :
EMAIL ANDA :
PERIHAL :
PESAN :
MASUKKAN KODE BERIKUT :