Views
BLORA, KOMPAS - Tim Vertebrata Museum Geologi Bandung menemukan fosil gajah purba yang relatif utuh di Dusun Sunggun, Desa Medalem, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Penemuan itu sempat membingungkan Kepolisian Sektor Kradenan serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Blora karena tim itu belum meminta izin penggalian.
Penggalian dilakukan di bekas tambang galian C, sekitar 2 kilometer dari Bengawan Solo dan 500 meter dari temuan gading gajah purba awal Januari 2009. Fosil gajah purba itu berada di lereng tambang dengan kedalaman sekitar 4 meter.
Ketua Tim Vertebrata Museum Geologi Bandung Iwan Kurniawan, Jumat (3/4) di Blora, mengatakan, penggalian dilakukan sejak 28 Februari. Fosil gajah jenis Elephas itu masih lengkap, tetapi bagian dalam tulang sudah lapuk, tersisa bagian luar tulang atau kulit fosil.
Bagian-bagian yang sudah tergali antara lain tengkorak dengan gigi utuh, tulang lengan belakang, iga, pinggul, belikat, dan paha. Di bawah fosil itu masih ada tulang- tulang lain yang belum tergali.
”Kami perkirakan tinggi gajah itu 2,5 meter mengingat kaki belakang gajah panjangnya 1,7 meter,” kata Iwan.
Menurut Iwan, penemuan itu berdasarkan referensi penelitian GHR von Koenigswald tahun 1932 dan peta zaman Belanda. Dalam referensi itu tercatat kawasan Blora yang berpotensi mengandung fosil adalah Desa Sabungan atau Megeri, Menden, dan Ngandong. Desa-desa itu terletak di Kecamatan Kradenan dan merupakan sedimentasi Bengawan Solo purba.
”Kepentingan kami adalah mengadakan penelitian yang hasilnya akan dipublikasikan, bukan menjual temuan. Soal fosil akan disimpan di mana, kami akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah,” ujar Iwan.
Camat Kradenan Iwan Setiyarso serta Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Blora Suntoyo menyatakan, tim tidak memberitahukan kegiatan itu sehingga sempat dikira tim ilegal dan diminta menghentikan penggalian.
”Kami berharap temuan itu nantinya tetap berada di Kabupaten Blora karena ditemukan di Blora,” kata Suntoyo. (HEN)
(Kompas, Sabtu, 4 April 2009)
Penggalian dilakukan di bekas tambang galian C, sekitar 2 kilometer dari Bengawan Solo dan 500 meter dari temuan gading gajah purba awal Januari 2009. Fosil gajah purba itu berada di lereng tambang dengan kedalaman sekitar 4 meter.
Ketua Tim Vertebrata Museum Geologi Bandung Iwan Kurniawan, Jumat (3/4) di Blora, mengatakan, penggalian dilakukan sejak 28 Februari. Fosil gajah jenis Elephas itu masih lengkap, tetapi bagian dalam tulang sudah lapuk, tersisa bagian luar tulang atau kulit fosil.
Bagian-bagian yang sudah tergali antara lain tengkorak dengan gigi utuh, tulang lengan belakang, iga, pinggul, belikat, dan paha. Di bawah fosil itu masih ada tulang- tulang lain yang belum tergali.
”Kami perkirakan tinggi gajah itu 2,5 meter mengingat kaki belakang gajah panjangnya 1,7 meter,” kata Iwan.
Menurut Iwan, penemuan itu berdasarkan referensi penelitian GHR von Koenigswald tahun 1932 dan peta zaman Belanda. Dalam referensi itu tercatat kawasan Blora yang berpotensi mengandung fosil adalah Desa Sabungan atau Megeri, Menden, dan Ngandong. Desa-desa itu terletak di Kecamatan Kradenan dan merupakan sedimentasi Bengawan Solo purba.
”Kepentingan kami adalah mengadakan penelitian yang hasilnya akan dipublikasikan, bukan menjual temuan. Soal fosil akan disimpan di mana, kami akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah,” ujar Iwan.
Camat Kradenan Iwan Setiyarso serta Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Blora Suntoyo menyatakan, tim tidak memberitahukan kegiatan itu sehingga sempat dikira tim ilegal dan diminta menghentikan penggalian.
”Kami berharap temuan itu nantinya tetap berada di Kabupaten Blora karena ditemukan di Blora,” kata Suntoyo. (HEN)
(Kompas, Sabtu, 4 April 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar