Pengumuman

Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Rabu, 18 Maret 2009

Baalbek: Ke Kota Matahari, ke Kompleks Candi Baal

Views


Oleh: Windoro Adi

Memasuki Lembah Bekaa, menjelang kota kecil Chtaura, Kamis (6/12) pukul 14.00, udara sejuk yang menyusup dari balik kaca jendela mobil mulai membuat penumpangnya menggigil. Angka termometer di kendaraan menukik turun dari 7 derajat ke 4 derajat Celsius.

Pengemudi menyalakan mesin penghangat kabin. Masih satu setengah jam lagi perjalanan yang kami tempuh menuju Heliopolis, "Kota Matahari", atau Baalbek, setelah satu jam perjalanan dari Beirut, ibu kota Lebanon, keluar ke arah tenggara, melintas Jalan Baabda, sebelum sampai ke Chtaura.

Sepanjang jalan itu kami melintasi beberapa pos penjagaan. "Tabik, Tuan. Jangan memotret lagi. Sudah dekat pos. Nanti kita bisa repot," kata sopir mengingatkan. Peringatan itu bukan yang pertama buat kami. Pos-pos didirikan dekat jalan layang, jembatan, atau jalan arteri yang rusak karena serangan bom Israel. Selalu saja menyebabkan kemacetan.

Masuk Chtaura, perjalanan lebih lancar dan nyaman. Di kiri-kanan jalan terhampar perkebunan anggur, serta deretan rumah-rumah mediterania, penduduk kampung. "Kadang-kadang petani anggur di situ juga menanam opium di sela perkebunan. Mereka butuh opium untuk melawan dingin," kata sopir.

Kendaraan terus melaju melintas kota kecil Zahle, belok kanan menuju Ablah, dan sampai di pertigaan kota kecil Rayak. Dari sana ada dua jalur jalan menuju "Kota Matahari". Sopir memilih jalur melintas Ali en Nahri, le Serrain et Tahta, Et Taibe, sebelum sampai ke Douris.

Kami menyusuri kompleks candi di tengah suhu udara 2,5 derajat Celsius. Sesekali angin terdengar bersuitan membentur dinding-dinding batu dan granit bangunan kompleks candi. Menapaki tangga-tangga batu setinggi sekitar empat meter, sampailah kami ke gerbang depan kompleks candi. Kesan purba menyergap menyaksikan puing dan sisa bangunan yang berukuran serba raksasa atau gigantis. Apalagi melihat matahari sore membuat bayangan bangunan di lantai.

Kompleks Candi Baalbek terbagi dalam enam bagian, yaitu bangunan gerbang depan (Propylaea); Arena dan Altar Segi Enam (Hexagonal Court); Arena dan Altar Agung (Great Court), Candi Dewa Matahari, Jupiter; Candi Dewa Bacchus; dan Candi Dewi Venus.

Sekarang, sulit membayangkan kemegahan kompleks candi ini tanpa membandingkannya dengan denah yang menggambarkan kompleks candi dalam keadaan utuh. Bangunan Propylaea, misalnya. Dalam denah, di depan bangunan ini terhampar tangga-tangga batu setinggi lebih dari 4 meter menuju bangunan yang ditopang 12 tiang bundar, masing-masing tiang setinggi 8 meter, dengan garis tengah 1 meter. Berat setiap tiang mencapai 1.000 ton!

Di depan bangunan terdapat pintu gerbang kayu setebal setengah meter dengan tinggi 8 meter dan lebar 6 meter. Di bagian kiri dan kanan bangunan terdapat bangunan berlantai dua yang atapnya lebih tinggi. Begitulah gambaran denah. Kenyataannya, semua bangunan itu sudah tak utuh lagi, yang ada tinggal puingnya.

Dari gerbang depan pengunjung disambut Arena Segi Enam yang dikelilingi lorong beratap tiang-tiang raksasa dengan bentuk dan ukuran yang sama besar menyangga bangunan Propylaea. Kini, yang tersisa cuma dinding dan beberapa tiang.

Dari sana kami menuju Arena Agung. Di tengah arena yang bergaris tengah 60 meter itu ada dua altar batu, besar dan kecil. Di kiri kanan arena bangunan memanjang 135 meter dengan lebar 113 meter. Kedua bangunan menghubungkan Arena Segi Enam dengan Candi Jupiter.


Pusat pemujaan

Kami lalu menuju pusat pemujaan Dewa Matahari, Jupiter (sebutan orang-orang Roma dan Yunani), atau Baal (sebutan orang Kanaan), atau Haddad (sebutan peranakan Suriah/Siria-Phunisia). Letak candi lebih tinggi dibandingkan dengan kompleks candi lainnya.

Selain lebih tinggi, candi yang langit-langitnya mencapai 20 meter itu dulunya lebih indah, lebih rumit, dan lebih banyak dihiasi patung. Kenyataannya, candi itu kini hanya tersisa enam tiang saja.

Satu-satunya bangunan yang relatif masih bisa "diraba" adalah Candi Dewa Bacchus, sekitar 50 meter dari Candi Jupiter. Beberapa dinding, langit-langit, dan tiangnya berukir anggur dan opium yang mengindikasikan anggur dan opium digunakan dalam upacara pemujaan Dewa Bacchus.

Terakhir adalah Candi Dewi Venus, dewi kecantikan, kesuburan, dan cinta. Letaknya 200 meter dari pintu gerbang depan. Candi ini memiliki 5 kubah indah, dengan pintu setinggi 6 meter dan lebar 3 meter.

Menurut pemandu wisata, dulunya langit-langit kubah pertama dilukisi burung-burung merpati dan Dewi Venus. Kubah kedua, Dewi Venus yang tinggal di sebuah kerang raksasa dengan dua gadis jelita lainnya. Kubah ketiga, sebuah kerang raksasa. Lukisan di langit-langit kubah keempat dan kelima sudah hilang terkelupas.

Menjelang magrib, hujan mengguyur Baalbek. Dinding-dinding luar kompleks candi menyala oleh semburan cahaya lampu kekuningan dari bawah. Di tengah jalan, hujan yang berubah menjadi serpihan es, membenturi kaca depan kendaraan yang membawa kami kembali ke Beirut. Tirai malam turun, menutup "Kota Matahari", Baalbek.

(Sumber: Kompas, Minggu, Senin, 17 Desember 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA ANDA :
EMAIL ANDA :
PERIHAL :
PESAN :
MASUKKAN KODE BERIKUT :