Pengumuman

Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Rabu, 18 Maret 2009

Design Museum dan Ajakan Hidup Damai

Views


Oleh: Arbain Rambey

Pada dasarnya manusia menyukai keindahan. Itu sebabnya kita berpakaian dengan baik, bukan asal tertutup. Itu pula sebabnya kita memberi warna pada rumah kita, bukan asal bisa dihuni. Itu pula sebabnya ada berbagai bentuk barang di dunia ini walau mungkin barang-barang itu fungsinya sama persis.

Pernahkah Anda memerhatikan sebuah benda sederhana yang bernama sendok? Walau fungsinya hanya untuk memasukkan makanan ke dalam mulut, di kelas paling murah pun ada ribuan macam bentuk sendok bisa kita lihat di sekitar kita. Tiap bentuk sendok itu seakan cerminan kebanggaan perancangnya bahwa sendok buatannyalah yang paling indah. Tiap rancangan sendok punya penggemar masing-masing dan sendok yang Anda miliki sebenarnya cermin diri karena telah dipilih untuk dimiliki dengan membelinya.

Itu mungkin yang menjadi benang merah isi benak kalau kita mengunjungi Design Museum di London. Bangunan bekas gudang yang terletak persis di sebelah jembatan terkenal, The Tower Bridge, itu menyimpan begitu banyak hasil rancangan manusia yang dianggap mewakili zamannya atau dianggap unggul. Dari sekadar logo perusahaan sampai dengan maket bandara yang sangat modern ada di sana baik dalam bentuk pameran temporer maupun permanen.

Napas dari semua benda yang dipamerkan sama, yaitu kalau bisa indah, mengapa harus biasa-biasa saja? Tidak bisa dimungkiri juga, napas benda-benda itu adalah ajakan untuk memilikinya.

Gedung Design Museum menjadi mencolok terhadap sekitarnya dengan kehadiran sebuah patung karya Eduardo Paolozzi di depannya. Patung berupa kepala manusia dari tembaga buatan tahun 1989 itu sangat mengukuhkan filosofi bangunan di belakangnya, yaitu benak manusia adalah pengendali segalanya.

Coba Anda perhatikan pengganjal pintu berbentuk potongan keju yang bisa dibeli di toko Design Museum seharga 8 poundsterling (sekitar Rp 150.000). Mungkin pertanyaan pertama yang menyeruak adalah ganjal pintu saja kok semahal itu.

Kita lupakan soal mahal atau murah sebab itu sangatlah relatif. Ada beberapa hal penting menyangkut ganjal pintu itu. Hal pertama adalah benda itu cukup laris. Saat Kompas membelinya, ada beberapa pengunjung museum yang juga langsung ikut membelinya.

Ganjal pintu itu menunjukkan keberhasilan desain. Perancang ganjal pintu itu berhasil memancing emosi dasar manusia, yaitu ingin memiliki sesuatu. Warnanya yang kuning sangat menonjol di antara barang-barang lain yang dijual sebagai souvenir. Jadi, selain memang berguna, ganjal pintu itu secara estetika sangat maju. Warna kuningnya sangat ”nyambung” dengan keju yang ditirunya.

Demikian pula lunch box yang dijual seharga 12 poundsterling (sekitar Rp 200.000). Benda yang dibuat dari recycled material (benda-benda bekas) itu juga merangsang orang untuk membelinya karena unik dengan warna menarik. Kotak utamanya bening, lalu di dalamnya ada dua mangkuk kecil berwarna oranye dan hijau. Paduan warna berani yang cocok dengan selera warna masyarakat masa kini.

Selain itu, benda ini juga memamerkan sebuah keunikan fungsi. Lunch box itu kurang sesuai dipakai orang Indonesia.

Mengapa?

Rancangan itu dibuat berdasarkan makan siang orang-orang Eropa yang berupa roti. Anda bisa bayangkan kalau benda itu diisi nasi, pasti nasinya akan berantakan tidak karuan selama dibawa. Juga dua mangkuk kecil itu pasti tidak bisa diisi sayur lodeh, misalnya, karena kuahnya akan tumpah ke mana-mana.

Rancangan atau desain memang tidak bisa berlaku universal. Selain selera manusia bermacam-macam, kebiasaan dan kebutuhan manusia pun berbeda-beda. Dengan demikian, desain malah menjadi makin penting.

Design Museum juga memamerkan rancangan-rancangan dalam skala besar, baik besar dalam hal ukuran maupun besar biayanya. Pada bulan April-Mei 2008 ini, di ruang pamerannya digelar karya-karya arsitek Richard Rogers. Kita bisa menyaksikan keindahan dan keharmonisan lintas pergerakan manusia di Bandara Barajas di Spanyol.

Kita juga bisa melihat maket ”impian” untuk membangun London. Rancangan ini memberi alternatif bagaimana mengembangkan Kota London dengan bangunan baru yang bisa ”nyambung” dan harmonis dengan bangunan-bangunan klasik yang ada.

Di Design Museum pula kita bisa melihat rancangan pola arus lalu lintas, pola pembuangan air, dan pola jaringan utilitas (listrik, telepon, kabel TV) Kota Shanghai yang ternyata sangat modern. Melihat desain orang lain adalah sebuah pembelajaran yang sangat berguna.

Desain adalah segalanya bagi manusia. Desain bisa membuat manusia bahagia kalau dipahami dengan baik dan benar. Desain membuat dunia ini jadi indah. Orang yang senang keindahan pasti senang kedamaian.

Maka, kalau Anda ke London, jangan lupa datanglah ke Design Museum. Datanglah, dan terimalah ajakan hidup damai darinya.

(Sumber: Kompas, Minggu, 11 Mei 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA ANDA :
EMAIL ANDA :
PERIHAL :
PESAN :
MASUKKAN KODE BERIKUT :