Pengumuman

Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Minggu, 22 Maret 2009

Harta Bernilai Sejarah Tinggi

Views

Temuan Cirebon Bagian dari Sejarah Islam

Jakarta, Kompas - Temuan harta karun peninggalan abad X di perairan utara Cirebon, Jawa Barat, yang menyisakan persoalan hingga penahanan polisi, diduga bernilai sejarah tak ternilai. Namun, kesempatan pembuktiannya terancam hilang, menyusul penyitaan sampel kayu bahan perahu dan artefak-artefak di dalamnya.

Demikian diungkapkan Horst H Liebner, ahli perahu tradisional sekaligus peneliti yang terlibat dalam ekskavasi "harta karun" dari perahu kuno yang diperkirakan berasal dari abad X, dan berisi berbagai artefak—termasuk emas dan keramik—bernilai sejarah itu. "Temuan itu bisa mengubah catatan sejarah masuknya Islam di Indonesia dengan drastis," kata ilmuwan asal Jerman itu di Kantor Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) di Jakarta, Kamis (27/4).

Penilaian serupa datang dari Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi dalam keterangan pers seusai diterima Wakil Presiden Jusuf Kalla, Kamis (27/4) di Istana Wapres, berkaitan dengan kasus Cirebon ini. "Tulisan bahasa Arab itu menunjukkan masuknya Islam ke Indonesia pada tahun 904 Masehi, yaitu saat berkuasanya Dinasti Tsung di China," ujar Freddy Numberi.

Menurut Horst, sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara selama ini diyakini pada abad XIII. Ini diperkuat keberadaan Kerajaan Samudera Pasai. Namun, temuan harta karun di perairan utara Cirebon ini mengarah pada abad X. Akan tetapi, hal itu masih membutuhkan pembuktian lanjut.

"Hipotesis awal, mereka berlayar untuk menyebarkan ide-ide Islam di abad itu. Namun, butuh pembuktian lanjut melalui sampel-sampel bahan yang kini ditahan polisi," kata Horst. Penyitaan oleh polisi itu menyebabkan semua rencana pembuktian terhenti sejak akhir Januari 2006.

Sebagian benda muatan kapal tenggelam (BMKT) berupa artefak dihiasi ukiran dan tulisan yang bercirikan Muslim, di antaranya empat puluhan dari ratusan biji tasbih berhuruf Arab, cetakan pelat ganda berhuruf Arab masing-masing menyebut tiga nama dari 99 nama lain agung sifat Allah, dan gagang sebilah pedang berhuruf Arab dari emas sepanjang 20-an sentimeter. Keberadaan pelat pencetak mengasumsikan produksi massal terkait dengan agama Islam.

Penyelaman di kedalaman 51 meter hingga 57 meter menemukan lebar kapal sekitar 12 meter dan panjang 23-35 meter. Kapal diperkirakan menuju Teluk Semarang, kemudian ke Gresik dan Surabaya, yang sejak abad VIII menjadi pelabuhan penting.

Bersama BMKT, ditemukan pula tulang keras betis dan tulang belikat manusia serta rahang kucing.

Sebelum disita, sudah ada pembicaraan penelitian forensik di Universitas Indonesia (UI) dan penelitian DNA oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Kedua penelitian itu penting untuk memastikan siapakah sebenarnya penumpang kapal tersebut.

Namun, peluang itu terancam gagal menyusul penyitaan tanpa diikuti perawatan khusus mencegah kerusakan artefak.


Lapor ke Wapres

Freddy Numberi menjelaskan, pihaknya Kamis kemarin melaporkan kasus penahanan benda- benda ekskavasi itu kepada Wapres. Sebelumnya, ia sudah sudah melaporkannya kepada Presiden.

Menurut Freddy Numberi, Wapres menginstruksikan agar melanjutkan pencarian lebih dalam lagi serpihan kapal di dasar laut untuk direkonstruksi, termasuk teknologi pembuatannya.

Fakta baru itu, kata Freddy Numberi, berhasil ditemukan, dikumpulkan, dan diteliti ilmuwan Jerman, Fred Dobberphul, dan ilmuwan Perancis, Jean Paul Blancan. Kapal yang tenggelam itu ditemukan pertama kali awal tahun 2004 dan diperkirakan dibangun pada zaman Sriwijaya.

Horst mengatakan, temuan gagang emas secara khusus mengindikasikan keikutsertaan seseorang berkedudukan tinggi atau utusannya. Dua kemungkinan muncul, gagang emas itu untuk dihadiahkan khusus kepada orang yang berkedudukan tinggi atau dibawa bersama pemiliknya. "Rencana membuat rekayasa virtual kapal itu tak bisa dilakukan karena polisi menyitanya."

Secara ekonomis, bila kondisi normal, BMKT diperkirakan bernilai 8-24 juta dollar AS. Namun, nilai ilmiahnya jauh tak ternilai karena temuan itu berpotensi mengubah sebuah keyakinan sejarah. Karena itu, semua pihak diminta mengutamakan kepentingan ilmiah di atas nilai ekonomisnya. "Akan jauh lebih bermakna bila nantinya dibeli secara paket oleh museum untuk diteliti lebih jauh," kata Horst.

Diperkirakan, patokan harga paket BMKT bila dibeli museum berkisar 25-35 juta dollar AS. Nilai itu belum termasuk biaya penelitian sekitar 7-10 tahun.(ONG/HAR/GSA/HRD)

(Kompas, Jumat, 28 April 2006)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA ANDA :
EMAIL ANDA :
PERIHAL :
PESAN :
MASUKKAN KODE BERIKUT :