Pengumuman

Bila tulisan yang Anda cari tidak ada di blog ini, silakan kunjungi hurahura.wordpress.com

Selasa, 17 Maret 2009

Perayaan Waisak: Masuknya Buddha pada Zaman Melayu Kuno

Views


Prosesi peringatan Waisak, untuk pertama kalinya tahun ini dilangsungkan di Situs Percandian Muaro Jambi pada tanggal 1 Juni besok. Acara itu sekaligus akan menguak sejarah masuknya agama Buddha pada zaman Kerajaan Melayu Kuno maupun pada zaman Kerajaan Sriwijaya.

Rencananya, sekitar 3.000 umat Buddha dan 50-an Biksu akan mengelilingi percandian seluas 12 kilometer persegi ini dalam prosesi pradaksina. Prosesi lainnya berupa puja barati, maskara puja, pemercikan air suci pada umat, dan asmarakaragata (sujud pada guru Buddha dan Biksu Sangga), dalam tema "Damai Waisak Menyadarkan Kita akan Saling Ketergantungan".

Menurut Sekjen Majelis Budhayana Indonesia, Budiman, peringatan Waisak 2551 BE secara nasional di situs Muaro Jambi merupakan yang pertama kalinya. "Sebelumnya, prosesi ini selalu dilaksanakan di Jawa, terutama Candi Borobudur. Kali ini kami ingin coba Muaro Jambi," tuturnya.


Sejarah I-Tsing

Bukti kuat menyebarnya agama Buddha ke kerajaan Melayu Kuno dan Sriwijaya adalah kisah perjalanan pendeta Buddha I-Tsing. Pendeta asal China tersebut dalam pelayarannya dari Kanton, China, menuju Nagapattam, India, tahun 671/672 Masehi, menjadikan Melayu sebagai tempat persinggahan yang sangat penting.

I-Tsing menyinggahi Mo-Lo-Yeu (Kini Melayu) selama dua bulan, sebelum menuju India. Ia bahkan khusus belajar bahasa Sanskerta selama enam bulan demi kegiatan misionarisnya. I-Tsing kembali menyinggahi Mo-Lo-Yeu, dalam perjalanan pulangnya ke China.

Dari sejumlah kabar yang dibawa pendatang asal China, Persia, dan Arab, diketahui pula kerajaan Sriwijaya yang mengalahkan Melayu Kuno pada abad ke-7 Masehi, juga merupakan pusat pembelajaran Agama Buddha. Kerajaan ini sebuah negara maju, berhubungan dagang dengan China, India, dan pulau pulau di Asia Tenggara.

Melayu sendiri sempat tenggelam setelah dikalahkan Sriwijaya, kemudian bangkit kembali dengan diawali serangan Rajendra Cola dari India kepada Sriwijaya tahun 1025. Berita China menyebutkan pada tahun 1079 dan 1082, ibu kota Sriwijaya pindah dari Palembang ke Jambi, dan utusan asal Jambi dikirim ke China di tahun 1079 dan 1088 (Kozok 2006;17).

Menurut Ninie Susanti, arkeolog dari Universitas Indonesia, ada sejumlah prasasti ditemukan dengan pahatan di batu, logam, dan di belakang arca. Bentuknya dapat berupa angka tahun, kata-kata mantra Buddha, dan prasasti pendek. Prasasti-prasasti yang panjang dan memuat data yang lebih jelas, dikeluarkan setelah abad 13-14 Masehi. Ini merupakan masa puncak kejayaan kerajaan Melayu Kuno.

Menelusuri kanal menuju Situs Muaro Jambi, Kecamatan Marosebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, kita akan dapat kembali mengenang masa berkembangnya Buddha di sana. Sayang, kanal tersebut telah kering dan dipenuhi tanaman liar, yang diselingi permukiman penduduk.

Kini, dengan perayaan Waisak, diharapkan potensi wisata percandian yang diperkirakan terluas di Asia Tenggara ini dapat terangkat kembali. Bahkan lebih besar dari Candi Borobudur. (Irma Tambunan)

(Sumber: Kompas, Kamis, 31 Mei 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUKU-BUKU JURNALISTIK


Kontak Saya

NAMA ANDA :
EMAIL ANDA :
PERIHAL :
PESAN :
MASUKKAN KODE BERIKUT :